Dengan obyek-obyek berpikir yang sangat kompleks. Manusia yang menulis bukan saja ia sedang ingin tenar atau dikagumi banyak wanita, tetapi Bani sendiri rada agak skeptic, apakah semua wanita kagum dengan penulis?Â
Tentu tidak semua, apalagi di Indonesia, seberapa populasi manusia yang membaca? Katanya masyarakat Indonesia rendah dalam minat untuk membaca itu.
Bagiamanapun realita itu tentang membaca dan menulis, bukanlah sesuatu yang penting. Dalam berkehidupan, memang kita dituntut untuk tetap hidup didunia ini.Â
Karena menyerah pada kehidupan bukanlah sesuatu yang dianjurkan bahkan oleh diri kita sendiri.
Mengapa ada kehidupan mungkin kita sendiri yang menghendaki untuk terus hidup, dan bagiamanakah tentang kepercayaan-kepercayaan itu tentang kehidupan?Â
Itu sesuatu yang diluar nalar kita, serahkanlah pada siapa-siapa yang berkepentingan dalam kehidupan, termasuk didalam kehidupan itu ada diri kita sendiri yang masih berkehendak untuk hidup sampai saat ini.
Akhirnya dalam kehendak untuk hidup itu, Â manusia haruslah lari pada hobi-hobi yang bukan saja membuat ia senang, karena pada akhirnnya;Â
" Manusia hanya dipaksa bagaimana menjadi bahagia dalam menjalani hidup ini dengan sumber-sumber yang ada termasuk; melayani hobi-hobinya sendiri untuk tidak terasing sebagai manusia".
Entahlah Wiwit suka membaca atau tidak, Bani-pun tidak meyakini kebenaran itu untuk yakin bahwa; Wiwit suka pada penulis. Namun apakah orang yang suka membaca baru dia akan suka pada penulis?Â
Inilah yang terkadang Bani pikirkan dengan segudang aktivitas menulisnya, bahkan menulis sudah menjadi bagian dari hidup Bani. Apakah hanya dengan ini "menulis" Bani dapat dicintai oleh wanita-wanita disana termasuk wiwit?
Dalam kenyataannya Bani, ia bukalah orang yang baik dalam bercengkerama dengan berbagai obrolan-obrolannya yang terkadang, ia terlalu asyik dengan pengetahuan yang tersembunyi dan tidak banyak terpahami oleh banyak orang.