Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ruang Swadaya Pembicaraan

9 Agustus 2019   06:41 Diperbarui: 9 Agustus 2019   15:39 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetap mereka hanya bermain-main di dalam permukaannya, yang mencoba memaknai sesuatu hanya karena sudah menjadi budaya sebelumnya. Gemerlap dan palsu, apakah tetap akan dijadikan parade hidup yang senyap, dimana keadilan sosial yang semakin menyembah kepada modal?

***

Sekiranya di abad ini, siapa dan bagaimana manusia paling menarik itu untuk diikuti? Di ujung sana ada angkringan, di ujung sana pula ada roti bakar, tetapi apa yang harus kita tahu jika berada disana? 

Ekonomi bergeliat apik, sinar menggelegar kota, mulai terang benderang mengalahkan lilin-lilin masa lalu, yang terjungkal di kala ia sudah tidak di butuhkan lagi.

Motor-motor berjejer, tatakan dari terpal ini, menjadi alas kaki manusia "abad 21" menongkrong indah membunuh malam selepas kerja. Yang tidak dapat lepas, tidak ada obrolan-obrolan menarik di dalamnya. Pembicaraan hanya seputar kerja, kerja, dan kerja, sebagai dampak lingkungan dari modal yang sangat membosankan.

Saat-saat ingin berlari menuju keterlepasan dari dunia kerja, disana ruang-ruang itu juga terisi dengan pembahasan "kerja" di dalam ruang obrolan, rasanya aku ingin membunuh waktu, untuk menepi sejenak bahwa; hidup manusia bukanlah hanya bekerja saja. Mereka "manusia" butuh ruang dimana hidup tidak kaku dan terlalu keras menerpa dirinya.

Tentang para penari disana, apakah memang ruang obrolan memang begitu? Mereka hanya mengisi apa yang ia kini sedang jalani? Yang tidak dapat lepas dari semua itu, tunjukanlah jalan dimana tempat yang baik untuk aku ingin berpijak sejenak melangkah dari dunia.

Yang menjadi berharap-harap, ditepi lautan sana, suara gemuruh badai, masihkah seorang nelayan dapat membunuh waktunya ketika hanya ada air disekitarnya? Keterpandangan orang diatas gedung itu, sungguh apa yang ingin sebenarnya dilihat oleh mereka. Lamuan seakan kau hadir lagi untuk beberapa kalinya, duduk diam seperti akan menjadi keadaan yang lebih baik.

Dalam bayang ini, hidup lari sebagai obat diri memang perlu, kualitas dari apa yang disebut obat tersebut, hanya orang-orang yang menangkap kesadaran yang dapat menilainya. 

Sungguh aku segera ingin berlalu, mencoba melepas ingatan, tentang apa yang menjadi harapan yang telah bermetamorfosa menjadi sedikit penderitaan batin, yang seharusnya tidak harus kita "manusia" terima.

Iyakah manusia bukan seperti burung-burung disana? Terbang, berlari, mencari makanan yang tersisa dari dunia, namun yang sedikit berbeda itu, burung-burung tidak butuh uang, mereka juga tidak butuh menyatu dalam identitas sebagai modal sosial hidup mereka. Dan burung mungkin tidak akan terjebak oleh pikiran mereka sendiri seperti manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun