Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sesat Berpikir Manusia yang Membudaya

24 Juni 2019   11:05 Diperbarui: 25 Juni 2019   13:13 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi karena kencintaan dan kepercayaannya pada mistik, yang tidak di dasari dengan nalar, tertipu pun hal yang wajar, bermain gaib, mistik, atau apapun tanpa dasar rasional yang kuat, hanyalah akan menjadi kelinci keuntungan orang-orang di sana yang menggunakannya.

Seperti ungkapan Surga dan Neraka yang di ungkapkan para penceramah yang dia sendiri belum merasakan dan mengetahuinya. Apakah harus benar-benar di ikuti, apa yang menjadi dasar masuk Surga, dan tidak masuk neraka, jika yang berceramah didalamnya pun tidak ingin mati muda? beristri sampai empat atas dasar kenikmatan bidadari dunia? licik yang mendera, disana-sini ingin bidadari memuaskan syafatnya. 

Perkara jika dipikir secara rasional, sesat pikirnya juga, mereka bunuh diri, membunuh yang lain "mereka" yang berebeda dari dirinya, tentang janji surga, bukankah apa yang akan tersisa darinya dari tindaknnya, menjadi rancu bagi para korbannya yang tidak berdosa?

Di sana keluarganya kehilangan seseorang anggotanya, menjadi korban kebengisan tidakan tidak berdasar nalar sehat, hanya berdasar janji-janji. Begitu pulu tentang seseorang yang kehilangan bisnisnya, tempatnya di Bom, dan menciptakan ketakutan investor berikutnya, tetapi apa yang dilakukan para penceramah di sana? Merekapun tidak berani mati, dan tetap ingin menikmati pengaruhnya, dan nama besar yang di sucikan oleh para pengikutnya.

"Sudahlah untuk di akhiri, sesat pikir adalah bagian prodak budaya diri dari dalam kita sendiri yang bercokol subur menjadi ideologi. Ada istilah bahwa; kita dapat berubah selama kita mau mengubahnya sendiri."

Memang yang tidak terpikir secara berdasar, tidak hanya janji di ruang Surga dan Nerakanya sendiri saja, harapan janji kemakuran negara pun tetap, mereka bela tanpa nalar sehat yang menderanya. 

Politik dan akal sehat, rasanya bukan pada kebijakan dan apa yang dilakukan pelaku politiknya, tetapi mereka para pencinta elite politik yang mengikuti tanpa nalar membela, menjadi biang kerusuhan di sana, yang jelas dan pasti merugikan kehidupan masyarakat baik "keamanan atau ekonominya".

Selamanya gosip, mistik, dan keriuhan perdebatan tetap di perbicangkan pada ruang publik, yang menjurus bukan pada kesadaran kehidupan, mungkin akan terus menjadi budaya populer masyarakat yang digemari di "Indonesia". 

Bukan saja pada generasinya kini, tetapi lintas generasi dari dulu, sekarang, hingga masa depan nanti.

 Saat itu, memprovokasi masyarakat tentang apa yang sudah dicinta dan dibenci, menjadi lahan penting bagi meraka para pengekting dan penceramah yang di ikuti.

Didalamnya mereka dapat mengambil apa yang di untungkannya, tentang pesanan pembuat kisruh, agen-agen intelejen yang bermain peran di sana, tentang tokoh yang di agungkan padahal mereka sales "masa" yang ingin untungnya saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun