Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sesat Berpikir Manusia yang Membudaya

24 Juni 2019   11:05 Diperbarui: 25 Juni 2019   13:13 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahwa, waktu itu pasti akan berlalu, sudah enyahlah, dalam ketelanjangan bentuk diri yang sebenarnya kecil di balik tantangan dunia yang agung. Romansa, bentuk diri dan upaya memendam rasa yang tidak tersampaikan, tetapkah burung itu akan berkicau di sana suatu saat nanti? Memandang gelap, bercampur riuhnya keabadian, dia bukan bentuk, hanya gurauan kecil bagai Singa jalang yang merapat ke sudut media konvensional sana.

Aku kembali merasakan jidat yang agak sedikit hangat di balik mulai dinginnya udara sore ini. Yang tidak lagi tergambar jauh oleh angannya sendiri, seakan hidup memang untuk mengisi, yang tidak terisi oleh lamunan kebaktian hari libur. Sudahkan ini akan menjadi aral, tentang bintang yang rapuh dalam lamunan kegelapan malam yang akan datang?

Terbayang, betapapun lamunan itu sungguh letihnya. Bukankah aku ingin menuju kebintang yang tidak bergerak itu lagi, keterasingan ini rapuh, mejalar bagai ubi yang tertanam diserambi rumah. 

Biarlah ini dengan gagapnya aku berbicara, mungkin tidak jumpa kawan-kawan pun tidak apa. Bertemu pun semua hanya sebatas orbrolan sana-sini, kalau waktu memang tepat, bolehlah kita sambung obrolan yang tertunda itu dalam bingkai sembari mencari tahu, antara nasib yang lebih baik atau buruk pada pandangan sosial.

Sudut sempit yang pilu, tentang obrolan politik di berbagai sudut media sosial, ah, adanya terstruktur, masif dan segala macamnya seperti bumbu dapur yang harus diisi oleh ibu-ibu rumah tangga. Perbincangan yang menuju percakapan di media sosial, apakah bukan di atur sebelumnya hanya ingin tenar saja bagi para pelakunya? 

Politik dan ekting, dia menyered siapa saja yang ingin numpang tenar bersamanya. Tentu tidak lah aku mempermasalahkan itu, terkadang aku juga ikut arusnya, sembari menyambar penghidupan, tetapi menurut saya, masih dalam tahap keteraturan.

Memang susah mencari seni di sini, apa lagi menjadi pembawa pengetahuan itu, rata-rata manusia Indonesia kebanyakan menyukai perdebatan, mistik dan gossip yang kini menjadi murah di ikuti orang.

Seperti sudah takdir yang tersurat, Indonesia sangat maju seperti hanya menjadi fiksi yang realitasnya setengah maju, dan akan menjadi mundur bila saatnya tidak dibutuhkan lagi oleh kemajuan.

Cerita di sana seorang anak SMP melihat tayangan dari Youtube tentang kesakitan sebuah Bambu. Dalam bayangannya, Bambu itu bertuah, sepeti yang tersaji dalam videonya, bahwa; ada kekebalan tubuh jika di silet sembari memegang Bambu tersebut. 

Kemudian dia berkata pada ayahnya, "di mana banyak tanah yang terdapat banyak bambu di desa ini, ayah?" Dengan sedikit rada sinis, ayahnya menjawab, "sekolah saja kamu yang benar, barang gitu-gitu belum tentu ada di sini, "daratan desa ini".

Dalam orang memproduksi video di Youtube, memang terkesan agak di lebih-lebihkan, tentu untuk menyasar banyak rupiah disana. Upaya gagah-gagahan, merasa tersakti dari yang lain, maka dengan Pring Petuk (Bambu Petuk) yang sedang di genggamnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun