Jadi mengapa Lockheed dan Martin melakukan merger?
Lockheed ingin memperluas produknya ke segmen antariksa dan karena Martin Marrietta adalah perusahaan yang memang berfokus ke segmen tersebut maka pembicaraan merger pun dilakukan
Alhasil Lockheed Martin kini menjadi salah satu kontraktor utama bagi pihak militer Amerika serta produknya pun makin bervariasi mencakup industri aviasi dan kedirgantaraan hingga antariksa.
Lockheed Corp sebelum merger juga membeli divisi pesawat militer dari General Dynamics, pembelian ini bukan saja membuat Lockheed menjadi pabrikan semua pesawat militer besutan General Dynamics dimana salah satunya adalah F-16 tapi juga mendapat potensi keuntungan dari backlog (pemesanan yang belum terselesaikan) pada pesawat F-16 yang menurut harian New York Times sebesar USD 6 milyar.
Nilai potensi keuntungan tersebut melebihi dari nilai pembelian divisi tersebut yang sebesar USD 1,5 milyar.
##
Baik merger maupun akusisi memang kerap terjadi di segala industri usaha tak terkecuali industri aviasi dengan latar belakang masing-masing.
Namun ada yang menarik dalam industri aviasi--khususnya pada pabrikan pesawat-- adalah persaingan antar kedua perusahaan yang melakukan merger tidak selamanya menjadi alasan utama dibalik merger, hal ini kita bisa melihat pada merger antara Boeing dan McDonnell Douglas, di mana keduanya sama-sama memproduksi pesawat penumpang dan kargo (airliner).
Akan sulit serta sangat jauh kemungkinannya terjadi merger antara dua pabrikan pesawat terbesar di dunia saat ini atas dasar rivalitas agar pesaingnya tidak lagi ada dalam persaingan.
Baik Boeing maupun Airbus justru berlomba melengkapi produknya pada segala segmen mulai dari pesawat airliner, pesawat militer, antariksa hingga helikopter (Airbus Helicopter).
Airbus kini memiliki divisi airliner, defense dan space serta Airbus Helikopter sedangkan Boeing dengan divisi commercial airplanes, defense, space and security dimana Boeing Rotorcraft System untuk produk helikopternya sebagai bagiannya.