“kamu tahu siapa nama kedua cowok ganteng itu....?” tanya sekumpulan perempuan dengan wajah berbunga-bunga. Kedatangan dua orang yang berwajah di atas rata-rata membuat para perempuan itu lupa kalau sekolah mereka mungkin saja menjadi tempat tawuran.
“ aku rasa dia akan masuk ke kelas ini nantinya, dan kalian bisa tanyakan lebih jelas kepadanya ...” aku menatap Tsugumi heran, gaya bicaranya seakan-akan Tsugumi mengenal kedua orang itu. Sementara itu semua perempuan langsung berteriak dengan keras. Sepertinya setelah sebelumnya teman baru mereka adalah perempuan semua, kedatangan seorang murid laki-laki ke dalam kelas mereka, ganteng lagi, tentu setidaknya mampu mengobati mata mereka yang perih.
“ mereka sepertinya mengenalmu ojou-sama...” kata Tsugumi sambil menoleh ke arahku yang pasti terlihat kebingungan karena ucapan Tsugumi tersebut.
“siapa...?”tanyaku dengan pandangan mata menyelidik.
Sebelum Tsugumi menjawab, pintu tiba-tiba terbuka dengan Tanaka sensei yang rambutnya sudah hampir tidak ada lagi, memasang wajah yang datar walaupun kata-katanya mengekspresikan kemarahan.
“sudah saya bilang, jangan ribut, sudah ayo kembali duduk ke tempat masing-masing”
Semua murid langsung bergegas menuju tempat duduk mereka termasuk aku yang duduknya di barisan bagian belakang. Sebelum berbalik menuju tempat dudukku, sekilas aku melihat seseorang yang di tadi Tsugumi bilang kenal denganku di iringi teriakan teman-teman perempuanku di kelas. Langsung saja, setelah memastikan diriku duduk dengan santai di kursiku, aku menolehkan wajahku ke arah orang yang akan menjadi penghuni baru kelas kami sembari memastikan kalau aku juga mengenalnya.
“ Ah ...” pandangan kita bertemu, dia sudah memandangiku dari tadi. Sadar kalau aku menatapnya dia langsung mengangkat kedua sisi mulutnya. Senyum yang manis. Tapi, sadar kalau dia terenyum untukku aku memalingkan mataku ke bawah meja berpura-pura memainkan kakiku.
Baiklah, aku sama sekali tidak kenal orang ini.
“silahkan kenalkan dirimu...!” suara datar khas Tanaka sensei menghilangkan suara gaduh para cewek dan suara iri gengnya Shu. Sedangkan Raku seperti sama sekali tidak menunjukkan ketertarikannya. Mulutnya yang berulangkali di tutupnya sembari memejamkan mata membuatku yakin kalau dia begadang lagi gara-gara keluarga yakuzanya yang seringkali meributkan hal yang tidak perlu.
“ selamat pagi...” sapa laki-laki bertubuh tinggi yang sedang tersenyum di depan kelasku setelah dia menuliskan kanji namanya di depan kelas.