“aku tidak tahu jelasnya, tapi aku rasa mereka datang ke sini tidak untuk memulai sebuah perkelahian...” kata Raku santai. Entah kenapa pemikiran Raku yang sama denganku membuat sedkit merasa senang. Yah, walaupun sebagian besar dari teman-teman sekelas terlihat memasang muka panik. Kosaki bahkan terlihat sudah tidak berada lagi di kelas ini bahkan ketika Ruri mencoba menyadarkannya, dan Shu terlihat memobilisir para anak laki-laki melakukan sebuah ritual aneh. Mereka meletakkan buku-buku di tengah-tengah dan berjalan mengelilinginya sambil mengeluarkan gerakan-gerakan aneh layaknya ritual orang-orang yang kebudayaaannya belum di jamah tulisan.
“Ritual untuk memanggil dewa perang masih kurang, dia masih belum mau menerima pemanggilan kita...” kata Shu yang tiba-tiba terlihat dimataku berpakaian seperti orang jaman batu dengan tulang dinosaurus yang di ikat dirambutnya.
“gawat, apa lagi yang mereka minta Shu...” para laki-laki yang berdiri di depan Shu terlihat panik.
“dia menginginkan celana dalam semua perempuan yang ada di kelas ini....!” kata Shu dengan tajam milihat para perempuan yang ada di kelas dengan darah yang tidak-tiba keluar dari hidung.
“TIDAKKK!!!!” serentak saja aku dan seluruh perempuan yang ada di kelas langsung menyerangShu, mematahkan tulangnya, dan memasukkannya ke dalam laci meja. Laki-laki yang tersisa tiba-tiba membeku setelah melihat tatapan bersinar dari kami. Akhirnya aku mengerti kenapa laki-laki mau menerima tuntutan emansipasi perempuan. Karena kalau tuntutan tersebut tidak di turuti, meja-meja di seluruh dunia bakalan terisi penuh.
“HUAAA!!!!”
Tiba-tiba sura gemuruh yang terdengar seperti tangisan terdengar dari luar gedung sekolah. Aku, Raku, dan semua orang ada di kelas, termasuk Shu yang berada dalam laci, segera bergegas menuju jendela. Seperti yang aku duga, gemuruh tangis tersebut berasal dari para yanki yang aku temui di depan gerbang sekolah tadi.
“ lihat ..., Tsugumi berjalan bersama dua orang cowok....” marika menunjuk ke arah 3 orang yang sedang berjalan santai menuju gedung sekolah sambil memeluk Raku dari belakang, dan aku kembali menendangnya.
“ hei..., Tsugumi terlihat akrab dengan mereka, apa mereka saling kenal...?” sebuah pembuka obrolan yang aku yakin bakalan menuju muara yang sama.
“ kedua cowok itu ganteng-ganteng lagi ...” teriak yang lainnya.
“KYAAAA!!!!!” hampir semua perempuan yang ada di kelas berteriak histeris hanya dengan melihat kedua orang laki-laki itu dari kejauhan.