Jika pernah mencoba memanah dengan panah modern, dimana busurnya dibuat seringan mungkin. Serta berbagai alat bantu yang terpasang di busur sehingga memperbaiki tingkat akurasi ketepatan dalam memanah target atau sasaran.Â
Maka tidak demikian halnya dengan alat panah tradisional yang tanpa tambahan alat bantu apapun untuk menghasilkan bidikan yang akurat.
Sebagai perbandingan, saya pernah menggunakan busur panah modern akhir tahun lalu. Dilakukan dengan berdiri, bidikan saya kedua mengenai lingkaran berwarna kuning, setelah bidikan pertama di luar lingkaran sasaran tetapi tetap menancap di papan sasaran atau target.
Sementara dengan panah tradisional, pertengahan Maret tahun 2023, memanah mesti duduk bersila dan punggung tegak. Belum lagi saat menarik anak panah yang sudah terpasang di tali busur, ternyata cukup berat.
Hasilnya, maaf jangan kaget dengan hasil bidikan panahan saya. Ternyata lebih dibandingkan dengan menggunakan busur atau alat panah modern. Anak panah yang saya lepaskan berada lebih jauh menancap di atas sasaran atau target.
Sehingga untuk mengambil anak panah itu, rekan-rekan dari Paseduluran Langenastro Yogya mesti saling punji atau gendong. Duh, maafkan saya.Â
Ternyata hasil bidikan saya tersebut dikalahkan oleh bidikan Kompasianer Jogja lainnya. Anak panahnya malah jauh melesat melintas di atas papan sasaran, sampai ke perkebunan di belakangnya.
Hasil bidikan kedua yang  saya lakukan, agak lumayan karena berhasil mendekatkan anak panah ke sasaran atau target. Tapi pada bidikan ketiga hasilnya tidak terduga.Â
Anak panah yang saya lesatkan tak cukup tenaga untuk sampai ke papan sasaran. Alias menancap di tanah jauh di depan target. Hasil yang mengecewakan pada percobaan pertama Jemparingan, sore itu di pertengahan Maret. Terbesit keinginan untuk.mencoba lagi di lain waktu.