Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Ketika Angan Melesat Jauh, Gara-gara Jemparingan

16 Maret 2023   22:29 Diperbarui: 17 Maret 2023   06:51 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membidik wong-wongan (foto: ko in)

Semua mesti ada kesatuan pengertian atau pemahaman yang utuh antara raga dan rasa. Target wong-wongan sejatinya bukan sasaran semata. Target tersebut mengingatkan akan diri, manusia memiliki berbagai kelemahan di samping kelebihan. Bukan orang lain atau wong liyo mesti jadi obyek bidikan namun diri sendiri. Bagaimana mesti mengalahkan diri, ego, keinginan, harapan yang adakalanya terlalu mengawang-awang jauh. Entah dimana. Bahkan adakalanya tidak logis.

Maka memanah dengan duduk bersila, melipat kedua kaki, bagi yang tak terbiasa bukan sesuatu yang mudah. Ditambah sikap duduk tegak, memposisikan punggung lurus. Agar sirkulasi udara saat bernafas lancar dan menyehatkan. Disamping memudahkan untuk fokus atau konsentrasi pada sasaran.

Kjog jemparingan (foto; kjog)
Kjog jemparingan (foto; kjog)

Sah-sah saja mengartikan jemparingan bukan semata-mata aktivitas olahraga, permainan, hiburan serta wisata. Namun tradisi atau budaya luhur yang memberi ajaran tentang berbagai nilai keutamaan hidup.

Jemparingan dilakukan dengan cara duduk bersila. Ini tidak lepas dari gagasan Sri Sultan Hamengku Buwono I mendorong para pengikutnya untuk belajar memanah sebagai sarana membentuk watak kesatria.

Pada mulanya jemparingan hanya diperuntukkan bagi keluarga kerajaan atau keraton dan prajuritnya. Watak kesatria yang dimaksud Sri Sultan HB I meliputi empat nilai agar dapat menjadi pegangan bagi rakyat Yogyakarta. Yaitu sawiji, greget, sengguh, dan ora mingkuh.

Sawiji artinya konsentrasi, greget artinya semangat, sengguh berarti rasa percaya diri. Ora mingkuh berarti memiliki rasa tanggung jawab.

Duduk bersila (foto: ko in)
Duduk bersila (foto: ko in)

Mengapa dilakukan dengan cara duduk bersila ? Ini tidak lepas dari nilai keutamaan yang mesti menjadi pegangan bagi mereka yang ingin memiliki jiwa kesatria. Bersikap tidak congkak atau sombong. Duduk bersila selain menggambarkan kesopanan juga sifat merendah sebagai bentuk hormat atau menghargai orang lain. Tetapi bukan rendah diri.

Tidak menunjukkan permusuhan atau perlawanan. Mengutamakan kesantunan manakala bertemu atau berhadapan dengan siapa saja. Padahal benda yang ada di depannya adalah busur beserta anak panah, merupakan senjata yang cukup mematikan jika dipergunakan dengan cara yang tepat dan benar.

Jemparingan Langenastro (foto: ko in)
Jemparingan Langenastro (foto: ko in)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun