Anda beruntung sekali. Dapat mengenali suami istri pemiliki Nanamia Pizzeria. Tamu-tamu di tempat ini tidak sedikit turis dari manca negara. Sehingga agak sulit mengenali Matthias karena wajah dan perawakannya khas orang Eropa. Anda mungkin menyangkanya dia juga seorang pengunjung.Â
Â
Mereka berdua menyulap kebun halaman belakang rumah menjadi restoran yang memiliki pengakuan sertifikat restoran bintang tiga. Tergolong restoran dengan kualitas internasional.
Syarat memperoleh sertifikat itu diantaranya memperhatikan masalah sterilitas. Dengan uji laboratorium terhadap kualitas air, cahaya, udara di restoran dan sekitar restoran. Setiap enam bulan sekali makanan yang diproduksi harus cek di laboratorium. Termasuk pengecekan terhadap kesehatan karyawan yang rutin dilakukan tiap bulan .
Rasa saos tomatnya sangat berbeda dengan saos tomat pada umumnya. Tanpa bahan pengawet. Terasa segar dilidah, seperti makan tomat asli. Menggoda untuk selalu  dhulad - dhulid saos berkali-kali tanpa meninggalkan rasa kasat dilidah sebagaimana biasa kita rasakan setelah mengkonsumsi saos atau saus pada umumnya yang berbahan pengawet.
Marketing Nanamia, Tomi menjelaskan banyak hal tentang aneka menu yang tersaji di depan saya. Setelah mencoba semua sajian yang ditawarkan. Tomi menjelaskan cara membuat saos yang istimewa. Perlu waktu sekitar enam jam untuk memasaknya. Tomat terpaksa impor karena tomat lokal kandungan airnya terlalu banyak sehingga sangat mempengaruhi rasa tomat.
Tidak terasa keberadaan saya dan teman-teman di Nanamia Pizzeria hampir lima jam. Sesaat sebelum pulang. Saya teringat ucapan Matthias, yang sepertinya jadi filosofi dari restoran ini.
Matthias mengatakan, yang penting bukan makannya. Tapi mereka datang. Bertemu. Bicara. Ngobrol sama-sama dengan temannya. Dan saat pulang mereka nampak gembira.
Sambil meletakkan jari telunjuknya ke pipi, Matthias tersenyum....