Mohon tunggu...
KKN KELOMPOK075
KKN KELOMPOK075 Mohon Tunggu... Administrasi - Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Kelompok KKN UMP 2022 di Desa Banjarpanepen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

"Watu Jonggol" Sejarah Terdahulu hingga Tradisi Masa Kini

20 Agustus 2022   18:10 Diperbarui: 20 Agustus 2022   18:46 1523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa KKN UMP 2022 Bersama Bapak Mispan S.Pd M.Si (Foto/Media Penulis) 

Watu Jonggol merupakan salah satu situs sejarah yang berada di Banyumas. Berada di bagian selatan pada provinsi Jawa Tengah. Banyumas kota yang lekat akan budaya, adat istiadat dan tradisi yang sudah melekat sejak zaman dulu serta banyak sekali tempat yang dijadikan sebagai situs budaya yang masih lestari sampai sekarang dengan segenap tradisi warga lokal yang mendiaminya.

Misalnya di Banyumas bagian tenggara tepatnya di Kecamatan Tambak terdapat Situs Mahameru, di sisi ke barat tepatnya di Desa Banjarpanepen, warga Banyumas mengenal situs Watu Jonggol

Dimana situs ini memiliki daya tarik dan ciri khasnya tersendiri, baik sejarah masa lalunya yaitu tempat pelarian bagi pasukan Prabu Amangkurat Agung hingga tempat petilasan “persinggahan” bagi Raja Hayam Wuruk dan patihnya yaitu Patih Gadjah Mada

Berdasarkan penuturan Bapak Mispan S.Pd M.Si (selaku sub koordinator pengelolaan dan pelestarian tradisi Kab Banyumas).

Menarik ke belakang, Desa Banjarpanepen merupakan saksi sejarah bagi Prabu Amangkurat dimana beliau melakukan peperangan hebat dengan Trunojoyo dari Madura diserbu pasukan Trunojoyo di Tambak. Ketika itu karena kondisi mendesak beliau dipaksa mundur ke arah barat sampai ke daerah yang sekarang ini dikenal dengan Sumpiuh. 

Pada saat disini terjadi pertempuran lagi yang menyebabkan banyak sekali prajurit dari kedua belah pihak yang gugur secara terhormat di medan pertempuran demi kepentingan kerajaan masing-masing, dan akhirnya Prabu Amangkurat beserta pasukannya mundur Ke arah Utara hingga tiba di Banjarpanepen.

Pada saat itu Banjarpanepen merupakan desa yang tertutup oleh hutan belantara menjadikannya tempat tersembunyi hingga akhirnya membuat Prabu Amangkurat selamat dari pengejaran Trunojoyo.

Ketika merasa aman Prabu Amangkurat agung langsung ke arah Kalisalak Kebasen terus ke Kalibening, Banyumas dan sampai akhirnya meninggal di Desa Tumiyeng, Kecamatan Pekuncen, Jatilawang yang dimandikan di Pasiraman. Itu sejarah Amangkurat Agung yang melengkapi Peradaban Banjarpanepen.

Cawang atau Campuang (Foto/Media Penulis) 
Cawang atau Campuang (Foto/Media Penulis) 
Desa Banjarpanepen salah satu daerah yang berada di Banyumas yang menyimpan banyak sekali potensi alam dan budayanya. Terletak di daerah pegunungan dan perbukitan, mengalirlah sumber mata air yang sangat bersih dan menyegarkan. 

Aliran airnya mengalir ke setiap tempat yang ada di desa tersebut dan bertemu dalam satu titik pertemuan yang tercipta oleh pertemuan dua sungai yang berada didesa banjarpanepen dimana warga sekitar mengenal tempat itu dengan istilah “Cawang atau Campuang”

Konon dalam mitosnya, dikisahkan pada hari-hari tertentu dijadikan sebagai tempat untuk membersihkan diri setelah menjalani aktivitas keseharian. 

Baik gadis maupun bujang dalam waktu yang berbeda serta adanya batasan baik laki-laki maupun perempuan “menjaga aurat” akan datang ke tempat tersebut dalam rangka membersihkan diri. 

Hal ini membuktikan sejak zaman dahulu adat istiadat dan kepercayaan masyarakat kepada Sang Pencipta sudah sangat kuat bagi penduduk desa tersebut. Kegiatan tersebut sekarang ini diperingati tiap tanggal 12 atau 14 bulan Syura.

Ketika waktu peringatan tiba, di Kalicawang masyarakat akan menanggul batu disusun secara rapi dengan harapan air dapat terbendung dan mengumpul banyak. 

Dalam hitungan setengah jam air yang dibendung akan berubah menjadi bening karena lumpur dan tanah yang ada akan terbawa air dimana dilakukan Ketika malam hari sekitar pukul 12.00. 

Karena bersumber dari sumber mata air yang masih asri, tentunya kandungan mineral air yang berada di tempat tersebut berbeda dengan daerah lainnya. Sehingga orang yang pernah mandi di tempat tersebut meyakini air yang mengalir  membawa manfaat kesehatan dan awet muda.

Situs Watu Jonggol, tidak ada yang tau kapan mula terbentuknya bisa saja sejak puluhan juta tahun yang lalu baik itu karena alam membentuk tempat tersebut atau campur tangan manusa. 

Namun yang pasti, Watu Jonggol sudah ada sebelum kedatangan Raja Hayam Wuruk dan Patihnya hingga menjadikan tempat tersebut sebagai tempat petilasan beliau dan pada akhirnya menjadi tempat sejarah hingga sekarang ini

Jonggol, orang menyebutnya dengan sebutan seperti itu dimana memiliki arti “gede dewek”, hal itu tidak sembarang penyebutan dikarenakan memang watu atau batu tersebut merupakan salah satu dari rangkaian batu yang Menyusun sangat indah di tempat tersebut dan watu inilah yang berukuran paling besar sehingga masyarakat menyebutnya watu jonggol.

Tiap bulan Syura, masyarakat yang berada di desa Banjarpanepen akan berkumpul menjadi satu. Tidak mengenal baik itu yang beragama islam, Kristen, maupun agama serta kepercayaan lainnya yang bertempat tinggal di Desa Banjarpanepen, desa rukun toleransi.

Dok Penulis
Dok Penulis

Acara tersebut biasa masyarakat menyebutnya “Takiran”, peringatan tersebut bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur manusia pada Tuhannya, kepada leluhur atas kesuburan tanah ini, keaslian tanah ini, keutuhan Tanah ini, dan tanah yang terbentang di seluruh dataran Desa Banjarpanepen.

Dalam hal ini tiap masyarakat akan menunjukkan rasa syukurnya berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing tanpa melewati batas yang sudah ditetapkan dalam setiap ajaran kepada Sang Penciptanya. Kegiatan ini akan terus ada sesuai hukum adat yang akan akan selalu ada sepanjang masyarakat adat masih menjalankan tradisi tersebut.

Masyarakat adat akan melaksanakan tirakat “Usaha dalam mendekatkan diri kepada sang pencipta”. Dengan harapan gusti Allah Tuhan Yang Maha Esa memberikan keberkahan. 

Hanya saja persoalan ini tidak lepas dari niat yang tulus dan ikhlas dimana dalam islam mengenal man jadda wajada. Jadi siapa yang berniat sungguh-sungguh akan terkabulkan segala hajat dan urusannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun