Mohon tunggu...
KKN KELOMPOK075
KKN KELOMPOK075 Mohon Tunggu... Administrasi - Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Kelompok KKN UMP 2022 di Desa Banjarpanepen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

"Watu Jonggol" Sejarah Terdahulu hingga Tradisi Masa Kini

20 Agustus 2022   18:10 Diperbarui: 20 Agustus 2022   18:46 1523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa KKN UMP 2022 Bersama Bapak Mispan S.Pd M.Si (Foto/Media Penulis) 

Konon dalam mitosnya, dikisahkan pada hari-hari tertentu dijadikan sebagai tempat untuk membersihkan diri setelah menjalani aktivitas keseharian. 

Baik gadis maupun bujang dalam waktu yang berbeda serta adanya batasan baik laki-laki maupun perempuan “menjaga aurat” akan datang ke tempat tersebut dalam rangka membersihkan diri. 

Hal ini membuktikan sejak zaman dahulu adat istiadat dan kepercayaan masyarakat kepada Sang Pencipta sudah sangat kuat bagi penduduk desa tersebut. Kegiatan tersebut sekarang ini diperingati tiap tanggal 12 atau 14 bulan Syura.

Ketika waktu peringatan tiba, di Kalicawang masyarakat akan menanggul batu disusun secara rapi dengan harapan air dapat terbendung dan mengumpul banyak. 

Dalam hitungan setengah jam air yang dibendung akan berubah menjadi bening karena lumpur dan tanah yang ada akan terbawa air dimana dilakukan Ketika malam hari sekitar pukul 12.00. 

Karena bersumber dari sumber mata air yang masih asri, tentunya kandungan mineral air yang berada di tempat tersebut berbeda dengan daerah lainnya. Sehingga orang yang pernah mandi di tempat tersebut meyakini air yang mengalir  membawa manfaat kesehatan dan awet muda.

Situs Watu Jonggol, tidak ada yang tau kapan mula terbentuknya bisa saja sejak puluhan juta tahun yang lalu baik itu karena alam membentuk tempat tersebut atau campur tangan manusa. 

Namun yang pasti, Watu Jonggol sudah ada sebelum kedatangan Raja Hayam Wuruk dan Patihnya hingga menjadikan tempat tersebut sebagai tempat petilasan beliau dan pada akhirnya menjadi tempat sejarah hingga sekarang ini

Jonggol, orang menyebutnya dengan sebutan seperti itu dimana memiliki arti “gede dewek”, hal itu tidak sembarang penyebutan dikarenakan memang watu atau batu tersebut merupakan salah satu dari rangkaian batu yang Menyusun sangat indah di tempat tersebut dan watu inilah yang berukuran paling besar sehingga masyarakat menyebutnya watu jonggol.

Tiap bulan Syura, masyarakat yang berada di desa Banjarpanepen akan berkumpul menjadi satu. Tidak mengenal baik itu yang beragama islam, Kristen, maupun agama serta kepercayaan lainnya yang bertempat tinggal di Desa Banjarpanepen, desa rukun toleransi.

Dok Penulis
Dok Penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun