Padahal, produktivitas gol acap menjadi penentu kemenangan sebuah tim. Para suporter pun akan senang jika tim yang mereka dukung bisa menceploskan gol sebanyak-banyaknya ke gawang lawan. Makin banyak gol, makin menghibur pula jalannya sebuah pertandingan.
Dari keluhan yang disampaikan oleh Alberts dan data-data tersebut, dapat disimpulkan bahwa laga yang dimulai larut malam bisa berakibat buruk bagi kesehatan pemain dan mendegradasi performa pemain di lapangan.
Kembalikan Kick-Off Normal
Dalam riset yang digagas Nielsen Sport, 77 persen populasi Indonesia memiliki ketertarikan pada olahraga si kulit bulat, yang berasal dari berbagai kalangan dan level usia.
Penayangan sepak bola pada jam tayang terlalu malam, selain tidak ramah untuk anak-anak, juga tidak adil bagi saudara-saudara kita yang tinggal di wilayah Timur. Mereka harus rela terjaga hingga larut malam dan mengorbankan waktu istirahat mereka untuk menonton tim kesayangannya.
Menimbang semua poin itu, hendaknya pihak broadcaster dan penyelenggara bersedia mengembalikan jam tayang siaran sepak bola menjadi pukul 15:30 dan 18:30.
Kick-off pukul 15.00 adalah simbol sepak bola sebagai permainan rakyat. Jangan sampai hak tersebut dirampas oleh pihak yang mengabaikan keselamatan hanya demi rating dan iklan.
Pihak penyelenggara, pemilik hak siar, serta PSSI harus mau mendengarkan kritik dan keluhan para suporter. Mereka harus sadar, bahwa sepak bola bukanlah apa-apa tanpa kehadiran suporter.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H