Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Setop Mati Konyol Demi Konten!

13 Juni 2022   14:26 Diperbarui: 14 Juni 2022   02:45 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh sebab itu, tidak heran, ketika ada konten negatif-berisiko yang lagi viral, publik akan beramai-ramai melihat dan mengikutinya, atau bahkan berbondong-bondong menghujaninya dengan hujatan.

Menjaga Remaja Tetap Aman

Konten negatif-berisiko tidak hanya berbahaya bagi keselamatan, tetapi juga memicu dampak psikologis berupa adiksi untuk melakukan hal-hal negatif serupa secara berulang. Jika tidak dihentikan atau disikapi secara serius, kaum remaja akan berada pada posisi rentan.

Untuk itu, peran orangtua dan guru di sekolah amat krusial dalam membantu remaja memahami risiko dari tantangan berbahaya. Kaum remaja harus diberikan pemahaman untuk tidak melakukan aksi konyol demi konten.

Dalam hal ini, tantangan malaikat maut bukan hanya membahayakan pelaku, melainkan juga pegendara dan para pengguna jalan lainnya. Efek domino yang mungkin terjadi dari aksi mengehentikan truk secara mendadak tentu akan berakibat sangat fatal.

Untuk menyalurkan energi berlebih yang dimiliki kaum remaja, Sigmund Freud menawarkan ide yang brilian lewat teori sublimasi. Dalam Psikologi, sublimasi adalah mekanisme pertahanan diri yang bisa diterima baik oleh individu maupun kelompok sosial.

Mekanisme ublimasi bekerja dengan cara mengalihkan dorongan negatif dan menggantinya menjadi sesuatu yang lebih positif, lazimnya bersifat kultural-kreatif seperti seni, musik, serta sastra.

Orangtua dan guru bisa mendorong para remaja untuk menyalurkan energi berlebih yang ada di dalam diri mereka untuk melakukan hal-hal positif, seperti olahraga, seni, musik, atau aktivitas produktif lainnya. Dengan begitu diharapkan kaum remaja sedikit demi sedikit akan meninggalkan aktivitas-aktivitas berisiko.

Penindakan tegas oleh aparat penegak hukum yang dibantu orangtua dan guru juga dibutuhkan agar kaum remaja menyadari bahwa aksi barbar mereka harus dipertanggungjawabkan baik di mata hukum maupun norma sosial. Stop mati konyol demi konten!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun