Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Setop Mati Konyol Demi Konten!

13 Juni 2022   14:26 Diperbarui: 14 Juni 2022   02:45 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada dasarnya, kaum remaja memang senang mencoba hal-hal baru, terutama aksi-aksi yang menantang, seperti yang ditemukan oleh para peneliti pada jurnal berjudul "Mammalian play: Training for the unexpected".

Penemuan itu juga didukung oleh faktor fisiologis yang membuat kaum remaja tertarik untuk melakukan perilaku berisiko. Otak remaja masih dalam fase perkembangan sehingga mereka belum sepenuhnya mampu memahami risiko sebenarnya dari aksi berbahaya yang mereka lakukan.

"Penelitian biologis telah membuktikan bahwa otak remaja, khususnya korteks prefrontal, atau bagian pengambilan keputusan dan penilaian otak, belum sepenuhnya berkembang," kata Desreen N. Dudley, PsyD, psikolog klinis asal AS. "Sehingga membatasi kemampuan mereka untuk mempertimbangkan semua faktor terkait dalam membuat keputusan yang tepat."

Sejumlah penelitian lainnya juga telah membuktikan bahwa remaja dan dewasa muda mengambil lebih banyak risiko daripada kelompok usia lainnya. Meski upaya edukasi tentang perilaku berisiko telah diberikan, masih banyak remaja yang terus terlibat aksi berbahaya.

3. Diminati Banyak Orang

Di ekosistem media sosial, persaingan untuk mendapat perhatian sangat ketat, yang akhirnya dapat mendorong para pengguna untuk melakukan aksi-aksi ekstrem demi merebut atensi publik.

Dalam Teori Ekonomi Perhatian (Economy of Attention), konten viral serta perhatian publik memiliki hubungan yang sangat erat. Adapun perhatian merupakan komoditas yang paling dicari dan dihargai mahal di media sosial.

Konten-konten viral berbahaya memiliki potensi meraup atensi yang jauh lebih besar ketimbang konten yang aman atau biasa-biasa saja. Hal itu disukai baik oleh pengguna maupun penyedia platform.

Para pengguna bisa meraih cuan dari atensi yang didapatkan dengan cara memonetisasinya. Sementara platform media sosial dapat memanfaatkan tingginya atensi yang diraih pengguna untuk menggenjot profit dari iklan.

Pola ini semakin didukung oleh adanya sistem algoritma platform yang akan mengunggulkan konten-konten dengan interaksi tinggi. Adapun konten yang berisi sensasi atau aksi-aksi berbahaya lazimnya akan ditampilkan pada urutan teratas di linimasa.

Di samping itu, otak manusia juga didesain untuk lebih bisa memusatkan atensi pada hal-hal yang berbau negatif. Warganet memang cenderung reaktif dalam mengolah dan menyikapi sebuah informasi yang membuat konten negatif menjadi viral dalam waktu singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun