Muda, berhijab, dan jago bermain musik cadas, adalah predikat yang ideal guna diberikan kepada Voice of Baceprot yang tengah berusaha mendobrak stigma melalui metal.
Merinding! Begitu lah reaksi yang saya rekam saat pertama kali mendengarkan betapa cadas dan gaharnya penampilan dan aura musik Voice of Baceprot (VoB).
Bagaimana bisa bocah-bocah ini begitu piawai dalam memainkan musik heavy metal yang dikenal sangat kompleks?
Nuansa musik mereka memaksa sistem saraf simpatik menegang dan membuat bulu kuduk berdiri tegak, seiring dengan irama heavy metal yang menghentak.
Ya, penglihatan memang mudah tertipu. Mereka berhasil mematahkan penilaian awal saya yang mengatakan: "Apa yang dapat dilakukan oleh bocah-bocah yang baru lulus SMA ini?"
Usai mendengarkan beberapa lagu yang mereka bawakan, harus saya akui bahwa mereka memang benar-benar berbakat. Mereka sukses membuat saya terpesona.
Bahkan, pada satu titik kala mendengar salah satu musik mereka, saya seakan-akan tengah menikmati lagu milik Rage Against The Machine. Hanya saja dalam versi yang lebih feminin. Aura dan gaya bermusik mereka cukup identik dengan band hip metal asal California tersebut.
Berbeda dengan mayoritas band metal yang berpenampilan sangar dan serba seram, semua anggota VoB merupakan perempuan-perempuan belia. Uniknya lagi, mereka juga berhijab dan bergaya busana kasual.Â
Musik cadas yang kerap mereka garap, terkesan sangat kontras dibandingkan dengan penampilan personelnya yang anggun. Agaknya, mereka layak untuk mendapatkan julukan "hijaber metal".Â
Gender dan atribut yang mereka miliki tidak menyurutkan antuasiasme serta semangat mereka untuk menyuarakan keresahan melalui genre heavy metal.
Band metal asal Garut itu dibentuk pada tahun 2014 silam. VoB diawaki oleh Firda Marsya Kurnia (gitaris dan vokalis), Widi Rahmawati (bassis) serta Euis Siti Aisyah (drummer). Ketiganya sudah bersahabat sejak di Madrasah Tsanawiyah (SMP).
Mereka mendapat inspirasi nama band dari karakter personelnya yang sangat doyan mengobrol. Kata 'baceprot' dari Voice of Baceprot, berarti bawel dalam bahasa Sunda. Lewat nama itu, mereka berharap band yang didirikannya bisa menjadi wadah dalam mengekspresikan cita-cita yang selama ini diimpikan bersama.
VoB gemar mengusung genre nu metal, funk metal, rap metal, dan progressive metal. Aura musik mereka dipengaruhi oleh band-band beken seperti Red Hot Chili Peppers, Slipknot, Metallica, dan Rage Against The Machine.
Popularitas VoB melejit setelah mereka diundang oleh Slash untuk bertemu di belakang podium ketika Guns N' Roses mengadakan konser di Stadion Gelora Bung Karno pada November 2018 lalu.Â
Setelahnya, nama mereka acap disebut oleh para musikus papan atas yang juga menjadi idola mereka. Misalnya, sosok gitaris Rage Against The Machine, Tom Morello, serta bassis dari Red Hot Chili Peppers, Flea. Keduanya secara terbuka memuji talenta VoB di media sosial.
Dukungan juga datang dari organisasi nirlaba internasional yang selama ini bergerak dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, Malala Fund. Karena sangat vokal menyuarakan keresahan perempuan, VoB pernah dipromosikan melalui media sosial lembaga tersebut.Â
Bahkan, VoB juga pernah dipilih menjadi satu-satunya wakil dari Indonesia dalam perayaan Hari Perempuan Internasional bersama istri Pangeran Charles, Camilla Rosemery, di acara Woman of The World (WOW) Festival 2021 secara virtual.
Kerennya lagi, nama mereka juga sempat dipopulerkan media-media internasional seperti The Guardian, NPR, Reuters, BBC, Metal Injection, Mashable, The New York Times, DW, dll. Â
Majalah heavy metal dan rock kenamaan dunia, Metal Hammer, bahkan membuat artikel khusus untuk VoB bertajuk "Band Metal yang Dibutuhkan Dunia Saat Ini". Saking berpengaruhnya penampilan dan eksitensi mereka!
Dari Garut ke Pentas Dunia
Tak ada seorang pun yang menyangka, tiga siswi Madrasah Tsanawiyah asal Kecamatan Singajaya yang terletak di kaki Gunung Cikuray, Garut, berhasil meramaikan musik metal Indonesia.Â
Video VoB saat beraksi di podium lokal menjadi viral di berbagai media sosial pada 2017 lalu. Kolaborasi faktor hijab, gender, dan metal sedikit banyak bikin penasaran banyak orang.
Atas bantuan seorang guru di sekolah bernama Abah Ezra Satia, VoB belajar bermain musik dengan instrumen dan peralatan seadanya. Talenta besar dan semangat bermusik membuat mereka menjadi sebuah band yang fenomenal seperti yang dikenal saat ini.Â
Panggung-panggung musik skala lokal dan nasional sudah pernah dicicipinya. Banyak musikus terkenal yang memuji penampilan mereka. Puncaknya, nama VoB muncul di salah satu arena musik metal paling prestisius di dunia.
Tak ada usaha yang menghianati hasil. Usai kurang lebih tujuh tahun bergelut dengan musik metal. Mereka akhirnya berhasil mencuri atensi penyelenggara even musik heavy metal internasional, Wacken Open Air 2022 di Jerman.Â
Panggung musik cadas yang akan digelar pada 4–6 Agustus tahun depan itu bakal diramaikan oleh para musisi papan atas. Ada nama Slipknot, As I Lay Dying, Limb Bizkit, hingga Judas Priest. Mereka akan tampil sepanggung dengan nama-nama besar tersebut. Mengesankan!
Mendobrak Stigma
Dengan musik yang cepat, kompleks, dan penuh energi, heavy metal dinilai sangat cocok untuk menampung isi hati seluruh personel VoB. Mereka merasa keresahan mereka dapat tersampaikan sepenuhnya melalui musik yang dicintainya itu.
Meski begitu, mereka kerap mengalami kesulitan ketika menekuni musik metal. Banyak pertentangan yang muncul dari lingkungan sekitar yang harus dihadapi sejak band mereka terbentuk.Â
Mereka juga mengaku awalnya hampir semua orang menentang, seperti pihak sekolah, orangtua, hingga masyarakat sekitar. Kaum Hawa dipandang kurang pantas guna membawakan musik yang terkenal cadas tersebut. Apalagi, metal identik dengan hal-hal negatif karena para penggemarnya kerap berulah dan berpenampilan urakan.
"Yah, ngapain (main band), perempuan yang berhijab biasanya mah marawisan, bukannya main band di atas panggung," ungkap bassis Vob, Widi, terkait adanya pertentangan yang dihadapinya.
Mereka bertiga adalah sosok perempuan berhijab yang dibesarkan di lingkungan dengan pola didik yang konservatif. Ada banyak hal yang ditabukan dan dibatasi, termasuk memainkan musik keras.Â
Ironisnya, mereka juga kerap menerima teror dari orang-orang yang tidak dapat menghargai hak serta kebabasan dalam berkarya dan berekspresi. Nahasnya lagi, mereka mengaku pernah dilempar batu oleh orang yang ditengarai berasal dari golongan konservatif.
Padahal, menurut mereka, tanpa metal, mereka khawatir dapat melakukan hal negatif. Berbeda halnya jikalau mereka diberikan banyak ruang dan kebebasan mengekspresikan dirinya, mereka bisa mengasah bakat serta mengejar mimpi.
Kendati sempat memanen cibiran dari masyarakat, VoB memilih untuk terus berkarya. Tiga dara asal Garut tersebut percaya bahwa setiap mimpi memang harus diperjuangkan.Â
Termasuk mimpi dan harapan terkait kesetaraan, baik itu gender maupun hak sebagai manusia. Mereka juga ingin orang-orang untuk berhenti mengafiliasikan musik yang mereka angkat dengan latar belakang serta atribut yang disandang, sebagai sosok musilamah yang berhijab.
Selain itu, VoB juga ingin menegaskan, metal sama sekali berbeda dengan aksi kriminal. Pasalnya, stereotip seperti itu masih sering mereka temui. Lewat lagu-lagu terbarunya, mereka berharap agar semua pandangan negatif itu musnah.
Widi, Marsya, dan Siti merasa berhasil menemukan sebuah dunia baru. Musik telah menyelamatkan hidup ketiganya dari pergaulan negatif. Atas jasa musik, mereka mengaku bisa terbebas dari kenakalan remaja seperti geng motor, seks bebas, narkoba, serta tawuran atau yang kerap mereka sebut sebagai "penjajahan moral".
Selain melalui penampilan, mereka juga berusaha mengubah stigma buruk heavy metal dengan mengusung sebuah tema bertajuk "The Other Side of Mentalism".
Musik VoB terinspirasi dari kisah serta pengalaman pribadi para personelnya. Liriknya juga kerap mengangkat kritik sosial menyangkut anak-anak muda. Taruhlah dalam School Revolution, VoB menganggap sekolah sebagai penjara terindah.Â
Karena, menurut VoB, sistem pendidikan di Indonesia tidak mampu mengakomodasi bakat dan minat para peserta didiknya. Mereka merasa dipaksa untuk menelan semua materi yang tidak sejalan dengan apa yang ada dalam mimpinya. Mereka tidak dianggap sebagai sosok manusia yang memilki kehendak bebas (free will). Jika tidak mematuhi aturan, maka akan ada hukuman yang mereka dapatkan.
Ketika mendapatkan cibiran dan sikap intoleran dari kelompok tertentu, VoB mengejawantahkannya ke dalam lirik "God, Allow Me (Please) to Play Music". Lagu itu dirilis bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 2021–sebagai sebuah simbol kemerdakaan dalam berekspresi.Selain itu, mereka juga menumpahkan keresahan mereka mengenai masalah-masalah yang kerap dialami oleh kaum Hawa dalam lagu bertajuk "Perempuan Merdeka Seutuhnya".
Selain itu, ada pula lagu berjudul "The Enemy of Earth is You" yang berkisah tentang kepalsuan orang-orang yang berwajah malaikat kendati merekalah yang menjadi sumber masalahnya.
Di luar faktor gender dan atribut yang dikenakan, VoB ingin dikenal sebagai sebuah band yang mempunyai karya-karya yang berkualitas. Meski begitu, mereka juga ingin tetap menjaga identitas sebagai remaja asal Garut, anak Indonesia, dan muslimah. Kiranya tak berlebihan jika menyebut Voice of Baceprot sebagai sekelompok pemuda kebanggaan bangsa!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H