Mereka bertiga adalah sosok perempuan berhijab yang dibesarkan di lingkungan dengan pola didik yang konservatif. Ada banyak hal yang ditabukan dan dibatasi, termasuk memainkan musik keras.Â
Ironisnya, mereka juga kerap menerima teror dari orang-orang yang tidak dapat menghargai hak serta kebabasan dalam berkarya dan berekspresi. Nahasnya lagi, mereka mengaku pernah dilempar batu oleh orang yang ditengarai berasal dari golongan konservatif.
Padahal, menurut mereka, tanpa metal, mereka khawatir dapat melakukan hal negatif. Berbeda halnya jikalau mereka diberikan banyak ruang dan kebebasan mengekspresikan dirinya, mereka bisa mengasah bakat serta mengejar mimpi.
Kendati sempat memanen cibiran dari masyarakat, VoB memilih untuk terus berkarya. Tiga dara asal Garut tersebut percaya bahwa setiap mimpi memang harus diperjuangkan.Â
Termasuk mimpi dan harapan terkait kesetaraan, baik itu gender maupun hak sebagai manusia. Mereka juga ingin orang-orang untuk berhenti mengafiliasikan musik yang mereka angkat dengan latar belakang serta atribut yang disandang, sebagai sosok musilamah yang berhijab.
Selain itu, VoB juga ingin menegaskan, metal sama sekali berbeda dengan aksi kriminal. Pasalnya, stereotip seperti itu masih sering mereka temui. Lewat lagu-lagu terbarunya, mereka berharap agar semua pandangan negatif itu musnah.
Widi, Marsya, dan Siti merasa berhasil menemukan sebuah dunia baru. Musik telah menyelamatkan hidup ketiganya dari pergaulan negatif. Atas jasa musik, mereka mengaku bisa terbebas dari kenakalan remaja seperti geng motor, seks bebas, narkoba, serta tawuran atau yang kerap mereka sebut sebagai "penjajahan moral".
Selain melalui penampilan, mereka juga berusaha mengubah stigma buruk heavy metal dengan mengusung sebuah tema bertajuk "The Other Side of Mentalism".
Musik VoB terinspirasi dari kisah serta pengalaman pribadi para personelnya. Liriknya juga kerap mengangkat kritik sosial menyangkut anak-anak muda. Taruhlah dalam School Revolution, VoB menganggap sekolah sebagai penjara terindah.Â
Karena, menurut VoB, sistem pendidikan di Indonesia tidak mampu mengakomodasi bakat dan minat para peserta didiknya. Mereka merasa dipaksa untuk menelan semua materi yang tidak sejalan dengan apa yang ada dalam mimpinya. Mereka tidak dianggap sebagai sosok manusia yang memilki kehendak bebas (free will). Jika tidak mematuhi aturan, maka akan ada hukuman yang mereka dapatkan.
Ketika mendapatkan cibiran dan sikap intoleran dari kelompok tertentu, VoB mengejawantahkannya ke dalam lirik "God, Allow Me (Please) to Play Music". Lagu itu dirilis bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 2021–sebagai sebuah simbol kemerdakaan dalam berekspresi.Selain itu, mereka juga menumpahkan keresahan mereka mengenai masalah-masalah yang kerap dialami oleh kaum Hawa dalam lagu bertajuk "Perempuan Merdeka Seutuhnya".