Kelahiran "Uighur Alarm" akan memicu otoritas-otoritas lain untuk menciptakan teknologi yang sama di masa depan, yang digunakan sebagai taktik kontrol politik. Strategi serupa juga dapat dipilih untuk menyingkirkan kelompok, ras, atau etnis tertentu yang tidak diinginkan atau yang dianggap berbahaya bagi imperium.
Ya, penemuan Uighur Alarm merupakan pencapaian besar bagi otoritas Cina. Akan tetapi, di lain sisi, kelahiran intelegensi artifisial berbasis ras itu menjadi sebuah langkah mundur bagi sejarah peradaban umat manusia.
Pada Maret 2020 lalu, dalam konferensi teknologi South by Southwest di Austin, Texas, penguasa Tesla dan SpaceX, Elon Musk, mengeluarkan sebuah ultimatum: "Tandai kata-kataku. Kecerdasan buatan jauh lebih berbahaya dibanding nuklir.” Tampaknya hal itu kini sudah terbukti.
Masa depan peradaban kita akan sangat bergantung pada kemampuan ilmuwan sosial dan komputer untuk bekerja sama dengan berbagai pihak. Adanya sinergi serta kontrol sosial akan sangat krusial sehingga penciptaan sebuah teknologi tak sampai melenceng dari marwahnya. Penciptaan AI harus selalu didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan.
Sejatinya teknologi tak pernah memihak. Tidak pula memiliki makna khusus. Kita lah yang memihak dan memberikannya makna. Kita yang rasis, bukan teknologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H