Kabar itu pertama kali dirilis oleh The Washington Post yang menyitir klaim sebuah organisasi riset bernama IPVM mengenai keterlibatan mereka.
Huawei dikabarkan tengah merancang software facial recognition (pengenalan wajah) bersama perusahaan teknologi yang khusus bergerak di bidang image recognition and deep-learning software asal Beijing, Megvii.
Perangkat canggih yang dikenal dengan "Uighur Alert" itu disebut-sebut mampu mengindentifikasi umur, jenis kelamin, dan etnis seseorang meski mereka berada dalam sebuah kerumunan besar. Konon, perangkat lunak itu khusus diracik untuk meningkatkan pengawasan otoritas Cina terhadap masyarakat etnis Uighur.
“Menyusul dugaan kuat yang didasarkan pada andil Huawei dalam pengembangan Uighur Alert, saya mengumumkan telah mengakhiri hubungan kerja sama yang mengaitkan saya dengan perusahaan."
"Saya menggunakan kesempatan kali ini untuk meminta Huawei agar tidak hanya senang dengan menyangkal tuduhan ini, tetapi juga mengambil tindakan sesegera mungkin untuk mengutuk penyiksaan massal dan menggunakan pengaruhnya guna berkontribusi dalam menghormati hak-hak pria dan wanita dalam seluruh lapisan masyarakat." tulis Grizzy dalam akun Instagram pribadinya.
Huawei mengklaim perangkat lunak itu baru sebatas uji coba, belum berbentuk sebuah aplikasi. Mereka hanya memasok produk mentah untuk pengujian. Tidak pula menyediakan algoritme atau aplikasi khusus berkaitan dengan Uighur Alert.
Seirama dengan bantahan Huawei, juru bicara Megvii juga kompak menyangkal bahwa sistem yang mereka ciptakan tak dirancang untuk menargetkan ataupun memberi label pada kelompok etnis.
Sejatinya penyerang berusia 29 tahun itu bukanlah pesepak bola pertama yang angkat bicara tentang penindasan yang dialami oleh Muslim Uighur.
"(Di Cina) Quran dibakar. Masjid ditutup. Sekolah teologi Islam-madrasah dilarang. Cendikiawan dibunuh satu per satu. Terlepas dari itu semua, Muslim tetap diam," cuit Ozil di akun Twitternya.