Seiring waktu, sang nenek menghilang bak ditelan Bumi. Ia jarang menampakan diri lagi di sana. Masyarakat berasumsi ia sudah meninggal dan ada juga anggapan yang menyebut ia telah diangkat menjadi penunggu pegunungan tersebut.
Setelahnya, banyak dijumpai fenomena anak yang tiba-tiba menghilang lantas ditemukan lagi dengan ekspresi wajah kebingungan beberapa waktu kemudian. Mereka beranggapan anak-anak telah diculik sang nenek yang sudah menjadi sosok tak kasat mata, Wewe Gombel.
Nama Wewe Gombel sendiri diambil dari wewek (perempuan) dan Gombel yang berasal dari nama pegunungan di mana nanek itu pernah tinggal.
Sejak saat itu orang tua yang mempunyai anak belia selalu berpesan jika bermain di luar rumah jangan pulang terlalu gelap karena sudah memasuki waktu sandekala. Akhirnya kisah itu menjadi folklore yang dituturkan oleh orang tua secara turun-temurun kepada anak dan cucu mereka.
Melalui penelusuran singkat memakai Google, bisa ditemukan puluhan berita yang mengungkapkan hilangnya anak-anak yang disinyalir disebebakan oleh aktivitas Wewe Gombel.
Saking melegendanya makhluk mistis itu sampai-sampai kisahnya diangkat lewat beragam judul film horor, salah satunya Wewe yang dirilis pada tahun 2015 lalu.
Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, terutama kalangan sesepuh (tua), saat-saat menjelang Magrib atau yang dikenal dengan istilah sandekala adalah penunjuk waktu di mana anak-anak pantang untuk berkeliaran di luar rumah.
Konon menjelang Magrib adalah waktu di mana berbagai macam makhluk ekstra-terestrial mulai berhamburan keluar dari tempat persembunyian dan bertebaran di alam manusia.
"Le, sandekala ndang mlebu omah. Wayahe Setan metu" adalah kalimat yang paling sering saya dengar dari kakek dan nenek semasa saya masih belia dahulu.
Dalam bahasa Indonesia kalimat itu bisa diartikan, "Nak, sudah mau Magrib sana masuk rumah. Waktunya Setan keluar." Frasa itu menjadi sebuah peringatan dari orang tua kepada anak-anaknya yang masih kecil agar tidak berkeliaran di luar rumah menjelang Magrib.
Faktanya, tidak hanya masyarakat area Jawa Timur dan Jawa Tengah saja yang menggunakan terminologi sandekala, dalam kepercayaan masyarakat Jawa Barat pun mengenal konsep yang sama.