Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Depresi hingga Bunuh Diri, Pentingnya Kesehatan Mental bagi Pesepak Bola

14 Oktober 2020   12:43 Diperbarui: 14 Oktober 2020   20:03 1295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Quote dr Tim O'Brien. | Goal.com

Impak dari performa buruknya tersebut, van Gaal marah dan tidak memainkannya sebagai kiper saat itu juga sampai musim kompetisi rampung. Bahkan laga versus Novelda menjadi satu-satunya laga yang ia mainkan selama 2 tahun berseragam Blaugrana.

Enke lantas disekolahkan ke Fenerbahce selama semusim kemudian dipinjamkan kembali ke Tenerife setahun berselang. Tak kunjung bisa menemukan performa terbaiknya, pada tahun 2004 akhirnya ia dibuang secara permanen ke Hannover. Menjadi klub terakhirnya sebelum Enke meregang nyawa.

Istri Enke, Teresa, mengungkapkan, bahwa suami yang dicintainya itu sudah mengalami depresi berat selama 6 tahun dan telah memperoleh penanganan dari psikiatri. Namun, tragis, semua upaya itu tidak dapat menghentikan sang suami untuk mengakhiri hidup dan "gantung sepatu" untuk selama-lamanya.

Depresi sudah menjadi permasalahan yang serius bagi pesepak bola sejak lama. Nama-nama besar seperti Andres Iniesta, Michael Carrick, Gianluigi Buffon, Aaron Lennon, Adriano Leite, Danny Rose, serta Emmanuel Ebou adalah sebagian contoh pemain yang pernah berjuang melawan serangan depresi.

Gary Speed kala berseragam Leeds. | dailymail.co.uk
Gary Speed kala berseragam Leeds. | dailymail.co.uk
Sejak pandemi Covid-19 mulai melanda berbagai negara di dunia, ternyata tidak hanya virus korona saja yang menjadi ancaman terbesar bagi pesepak bola.

Asosiasi pesepak bola internasional (FIFPro) melaporkan mengenai adanya peningkatan tajam jumlah pesepak bola yang mengalami gejala depresi akibat terhentinya seluruh kegiatan olahraga selama pandemi.

FIFPro melakukan sebuah studi yang menyasar 1602 pesepak bola profesional. Penelitian yang dilakukan antara 22 Maret dan 14 April 2020 di 16 negara itu menemukan, 22% dari 468 pesepak bola wanita dan 13% dari 1134 pesepak bola pria mengalami gejala depresi. Selain itu mereka juga mengungkapkan, bahwa 18 persen pesepak bola wanita dan 16 persen pesepak bola pria menunjukkan gejala kecemasan (anxiety).

Jika dibandingkan dengan hasil studi yang dilakukan sebelumnya, yakni pada Desember 2019 dan Januari 2020, angka pemain yang mengalami depresi hanya di kisaran 11% pada pesepak bola wanita serta 6% pada pesepak bola pria.

Fakta bahwa pesepak bola hidup jauh dari keluarga turut meningkatkan peluang mereka mengalami depresi. Masa krisis pandemi yang tak diketahui kapan akan segera berakhir menjadi tekanan mental yang besar bagi mereka.

"Gejala depresi tersebut dirasakan oleh para pemain muda, baik pria maupun wanita, karena secara tiba-tiba harus melakukan isolasi diri, yang akhirnya bisa mempengaruhi pekerjaan dan masa depan mereka. Ini adalah masa yang penuh dengan ketidakpastian bagi para pesepak bola beserta keluarganya," kata Kepala Petugas Medis FIFPro, Vincent Gouttebarge, dilansir dari Reuters.

Sementara Sekjen FIFPro, Jonas Baer-Hoffman, menegaskan pihaknya tidak membuat pengecualian antara pamain-pemain di bawah naungannya dengan apa yang dialami masyarakat umum.

"Kami sadar, bahwa hasil penelitian ini merupakan cerminan dari masalah yang terjadi di masyarakat secara luas, karena sebenarnya mereka (pesepak bola) juga bagian dari masyarakat itu sendiri. Hanya saja, banyak pihak yang salah paham dengan kehidupan yang mereka jalani," ujar Jonas.

Jonas juga mengungkapkan ada banyak pemain yang justru hidup dalam kondisi keuangan yang sulit di usia emas sebagai pesepak bola profesional. Tak jarang pula yang hanya bergantung pada skill olah bola, sehingga tak memiliki apapun jika hal-hal buruk menimpa mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun