Terang benderang kulihat,
kala meniti sinar dari balik layar cinta,
aku berlari tak ingin berhenti menyongsong sapamu,
bagai bidadari kujemput lembut mesramu,
dengan gemulai jari menari di sana.
Lelaki di balik layar,
kau hapus hingga sirna seluruh sepiku,
menari bersama dalam lautan kata,
kita rangkai tanpa henti,
sampai kusadar ini sekedar mimpi penghias hari.
---):(---
Saigon Kick alunkan I Love You dari dalam laptop Arini, menambah bius asmara gadis belia itu. Ditatapnya layar kaca di depannya dengan hati bergetar. Jemari dengan kuku panjangnya mengetuk meja tanpa irama, sama dengan hatinya yang bergemuruh menanti sebuah pesan. Tak lama pesan yang ditunggu pun datang.
"Malam Arin?"
Indah seketika malam itu bagi Arini. Segera dibalasnya pesan itu tanpa menunggu detik berjalan, "Malam juga Dio."
"Apa kabarmu malam ini Arin?"
"Semakin baik setelah mendapat sapaan ini."
"Maaf Arin, kemarin aku nggak OL karena sibuk sampai tengah malam. Kuharap kamu nggak menungguku."
Arini tersenyum sambil menggigit kukunya pelan. Kini dia tak harus merasa bersalah karena kemarin dia pun disibukkan dengan kencannya bersama sang kekasih. Dalam kehidupan nyata.
"Tidak apa Dio, aku memakluminya."
Malam pun berlalu dengan sangat indah untuk dua hati di balik dua ruang layar cinta itu. Bintang pun bersenandung di hati keduanya.
---):(---
Hari berjalan mengganti cuaca dan sinarnya, namun dunia Arini masih sama. Layar dari laptop tercinta. Entah barang electronic itu yang kini disayanginya, atau lelaki di balik layarnya, yang selalu memberikan kalimat lembut dan mempesona, Arini tak pernah mencoba 'tuk memahaminya. Sang kekasih baginya tak terlalu menarik lagi untuk mengisi harinya, karena dia tak ada di sisinya saat sepi.
"Gimana Arin? Apa hari ini kamu sudah memutuskan?"
Sudah satu minggu Dio mengajaknya untuk bertemu muka, namun Arini belum menjawab. Layar itu masih berkedip menanti jawaban, gemetar akhirnya Arini menuliskan jawaban tanpa direncana.
"Baiklah, aku bersedia bertemu denganmu."
"Duh, senangnya hatiku Arin. Akhirnya kamu bersedia. Terima kasih ya. Aku tunggu besok jam makan siang di De Java Corner."
Layar kembali tertutup menyembunyikan lelaki pujaan hati di balik kedipnya, menyongsong malam kian larut. Arini melesat ke depan lemari pakaian, memilih warna dan model tercantik, lalu mematut diri di cermin. Tak dihiraukannya jam dinding berkali-kali memanggilnya untuk segera lelap. Dini hari baru Arini terlelap dibuai mimpi indah.
---):(---
"Ang, aku hari ini makan di luar ya, mau ketemu teman kuliah," pamit Wulan mengintip ke dalam ruangan Anggoro.
Anggoro mengangguk sambil tersenyum, "Kebetulan, sebentar lagi aku juga ke luar kantor. Hati-hati ya."
Wulan tersenyum, melambaikan tangannya dan berlalu dari sana dengan ceria. Tak lama Anggoro pun mengemasi pekerjaannya dan segera melesat ke luar ruangan. Pasangan kekasih ini bekerja pada satu perusahaan yang sama. Menghabiskan waktu berdua adalah hal yang sudah terlalu biasa buat mereka. Kecuali hari ini. Keduanya tersenyum ceria, melangkah menuju ke tempat yang sama.
---):(---
Di sudut ruangan De Java Corner, Arini mengeluarkan nomor telepon genggam yang diberikan Dio padanya. Sebelum ditekannya nomor tersebut, ponselnya sudah berbunyi. Nomor yang sama dengan yang dipegangnya.
"Halo, Dio ya?"
"Kamu di mana Arin? Aku di luar De Java Corner nih."
"Di dalam Dio, meja nomor tiga, pakai baju biru cerah."
"Oke, aku ke dalam. Aku pakai kemeja biru tua ya."
Sambungan terputus. Kedua insan itu menanti dengan dada berdebar. Tidak sulit buat keduanya menemukan warna baju yang sudah disepakati, karena ruangan itu belum terlalu ramai. Tak lama wajah mereka pucat pasi setelah berdekatan.
"Wulan?" seru Dio dengan wajah pucat.
"Anggoro?" balas Arini tak kalah pias.
Segera pelayan menyingkir dari sana melihat situasi semakin memanas, tak kalah dengan panas mentari di luar cafe. Sementara sepasang kekasih tersenyum pada sudut ruang yang lain, memandang kedua remaja sedang berseteru cinta.*****
by Kit rose
____________________________________________________
Biasnya menerobos waktu dan segala tanda tanya hingga hati mempercayai rindunya,
namun tetap saja ada batas pada layar ini untuk menjadi pijakan meniti langkah nyata,
hingga dirimu lama tercenung pada siang yang terang saat layar itu kembali tertutup...
____________________________________________________
Cuplikan : Kumpulan Cerita Remaja "Galih & Ratna Putus Cinta" Kisah : Percintaan Remaja Di Dunia Maya Ilustrasi : Google Musik : I Love You - Saigon Kick Ide cerita : Agung Triatmoko
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H