---):(---
Hari berjalan mengganti cuaca dan sinarnya, namun dunia Arini masih sama. Layar dari laptop tercinta. Entah barang electronic itu yang kini disayanginya, atau lelaki di balik layarnya, yang selalu memberikan kalimat lembut dan mempesona, Arini tak pernah mencoba 'tuk memahaminya. Sang kekasih baginya tak terlalu menarik lagi untuk mengisi harinya, karena dia tak ada di sisinya saat sepi.
"Gimana Arin? Apa hari ini kamu sudah memutuskan?"
Sudah satu minggu Dio mengajaknya untuk bertemu muka, namun Arini belum menjawab. Layar itu masih berkedip menanti jawaban, gemetar akhirnya Arini menuliskan jawaban tanpa direncana.
"Baiklah, aku bersedia bertemu denganmu."
"Duh, senangnya hatiku Arin. Akhirnya kamu bersedia. Terima kasih ya. Aku tunggu besok jam makan siang di De Java Corner."
Layar kembali tertutup menyembunyikan lelaki pujaan hati di balik kedipnya, menyongsong malam kian larut. Arini melesat ke depan lemari pakaian, memilih warna dan model tercantik, lalu mematut diri di cermin. Tak dihiraukannya jam dinding berkali-kali memanggilnya untuk segera lelap. Dini hari baru Arini terlelap dibuai mimpi indah.
---):(---