Mohon tunggu...
Kingkin BPrasetijo
Kingkin BPrasetijo Mohon Tunggu... Guru - Guru yang suka menulis

Suka ngebolang atau bersepeda menikmati keindahan alam karya ciptaan Tuhan. Pencinta semburat jingga di langit pagi dan senja hari. Suka nonton film dan membaca dalam rangka menikmati kesendirian.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Biar Hati Bicara (Part 6)

2 November 2024   16:30 Diperbarui: 2 November 2024   16:51 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

      Di dalam rumah, sudah berjajar orang mengantre. Ada yang asyik bercengkerama sambil menikmati makanan berbahan dasar singkong, yang disajikan dengan daun pisang itu. Ada yang dengan setia menunggu bagiannya dengan bermain gawai. Andara duduk di bangku panjang sambil menyilangkan kakinya. Kedua cowok itu menyusul duduk di sebelahnya. Sambil berbisik, Sena menjelaskan tentang gethuk Blondo Bu Yarmi kesukaan Andara.

      Seperti halnya gethuk lain, gethuk bu Yarmi juga terbuat dari singkong yang dikukus, lalu dihaluskan dengan campuran gula putih. Berbeda dengan gethuk yang dijual di pasar, makanan tradisional yang sedang naik itu terasa lebih lembut. Konon kata bu Yarmi sang pemilik, mereka hanya menggunakan singkong kualitas bagus, atau mempur (empuk). Sedangkan blondo sendiri merupakan ampas olahan minyak kelapa. Warnanya coklat kehitaman, dengan rasa gurih. Padanan gethuk lembut dengan rasa yang pas, bercampur dengan blondo yang gurih siap memanjakan lidah.

     Meski tinggal di kabupaten yang sama, Abimanyu belum pernah melihat blondo yang katanya gurih tadi. Mungkin di pasar Purwodadi tidak ada, atau keluarganya tidak pernah membeli makanan itu. Dia hanya tahu gethuk halus atau gethuk Lindri yang dijual di toko kue Dewi, yang ada di Jalan M.Y. Haryono. Tentu saja itu membuatnya makin penasaran.

     Pandangan cowok "kota", predikat dadakan yang baru saja dipatrikan oleh Andara, tidak beralih dari perempuan paruh baya yang melayani pembeli dengan ramah. Tangannya cekatan memotong, meletakkan pada daun, lalu menaburkan kelapa muda dan blondo, kemudian menutup daun itu dan melipatnya ke arah dalam. Tidak lama, mereka mendapat giliran. Andara memakannya dengan lahap, begitu juga dengan Sena. Abimanyu melirik kedua temannya, untuk melihat cara makan yang benar.

      "Biar makin maknyus, cocolan kelapa dan blondo harus seimbang. Biar mereka berantem di dalam mulut. Dan rasakan sensasinya," bisik Sena melucu. Abimanyu hampir tersedak karena guyonan Sena. Andara tersenyum simpul. Untung, Abimanyu sempat menangkap tindakan mahal gadis manis pujaan hatinya. Tidak mau kehilangan kenikmatan makanan itu, Abimanyu mengikuti saran Sena. Dan Abimanyu harus mengakui, saran itu benar. Tidak cukup satu bungkus, cowok kota itu tambah satu bungkus lagi.  

      Selesai makan mereka beranjak pulang, setelah sebelumnya masing-masing memesan untuk keluarga di rumah. Kalau untuk dibawa pulang, bu Yarmi memisah kelapa dan blondo dari gethuk, agar lebih tahan lama, atau tidak basi. Makanya gethuk bu Yarmi sering dijadikan oleh-oleh bahkan dari luar kota.

                                                                                                                         ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun