"Enggak, sih! Kenapa?" Sena balik bertanya.
   "Jalanmu lelet (lama), kayak cewek saja!" Abimanyu kaget tidak menyangka Andara akan menyerang Sena.
    "Eh, kamu cewek bukan?" ledek Sena iseng, sambil mencolek pinggang Andara. Gadis itu melotot galak, mukanya yang berkeringat makin memerah. Lagi-lagi Abimanyu terkejut melihat respons Andara, sementara Sena malah tertawa dengan suara keras.
Â
   "Enggak ada yang dikejar, kan? Kamu juga sudah ada yang mengawal," sahutnya santai sambil melirik Abimanyu.
   "Sejak kapan aku butuh pengawal?" balas Andara sinis. Abimanyu menjadi tidak enak hati, kehadirannya tidak diharapkan. Memang siapa yang berharap, kamu kan datang tanpa diundang kayak jailangkung! Tuduh hatinya tidak bersahabat. Ah, biarlah. Suatu hari nanti, pasti Andara mengharap kedatanganku dengan sabar. Hibur Malaikat baik dalam dirinya.
   "Ayo ah, entar keburu habis. Aku di depan ya?" Sena kembali bertanya dengan memainkan alis matanya. Sena senang bisa menggoda Andara yang sudah beberapa hari ini berwajah mendung.
   "Terserah!" jawab Andara ketus. Tanpa aba-aba, gadis itu langsung membawa sepedanya. Sena kembali tergelak, sementara Abimanyu tersenyum kecut.
   "Sabar, ya!" Sena menepuk pundak Abimanyu, lalu mulai mengayuh. Kali ini dia tepat di belakang Andara, sementara Abimanyu mengikuti dari belakang. Sesekali saat lalu lintas sepi, Sena menyamakan posisi mereka, menggoda si gadis yang sudah mulai bisa tertawa. Mau tidak mau, Abimanyu tersenyum meski dalam hati mulai ada gundah. Dia merasa Andara menyukai Sena.
   Tidak lama mereka berhenti di depan sebuah rumah sederhana di jalan raya Purwodadi -- Kuwu, tepatnya di desa Tuko. Di tanah berumput depan rumah, ada beberapa kendaraan parkir di depannya, ada sepeda motor dan juga mobil. Itu tandanya pembelinya bukan hanya orang sekitar. Mereka memarkir sepeda sejajar dengan beberapa motor yang sudah lebih dulu parkir. Tanpa berbicara, Andara langsung melenggang masuk, sementara Sena mendekati yang melihat Abimanyu kebingungan.
   "Ini namanya Gethuk blondo bu Yarmi, kamu belum pernah dengar?" Abimanyu menggeleng.
   "Pembelinya ramai juga, padahal cuma gethuk doang?" Sena tersenyum.
   "Betul cuma gethuk, nanti kamu akan tahu uniknya jika sudah merasakan. Masuk, yuk!" ajak Sena sambil melangkah masuk. Abimanyu mengekor di belakangnya.