Seperti biasa, Petra memutuskan untuk mengalah. Cowok berkulit putih bersih itu berdiri ke kasir untuk memesan minuman baru, untuknya dan Danasti. Petra tidak perlu bertanya untuk menyenangkan hati Danasti, kebetulan selera mereka sama. Dua gelas es capuccino, seporsi lumpia, dan nugget pisang, camilan yang belakangan menjadi kesukaan sepupunya itu.
   Selesai dengan minuman Petra, Danasti mengalihkan pandangannya ke arah Abimanyu yang terlihat serius memandangi gawainya. Kedua alis tebalnya berkerut, matanya menyipit menjadi mirip dengan mata Petra, seperti ada yang dipikirkan. Wajahnya tetap ganteng, meski terlihat lelah habis latihan basket. Orang ganteng mau sekusut apa pun, tetap saja ganteng, bisik hatinya.
   Eh, kok jadi mikir ke situ sih? Abimanyu lagi naksir Andara sahabatnya, dia tidak mau menjadi pengkhianat. Danasti tersenyum geli dengan pemikiran konyolnya sendiri.
   "Non!" Danasti melonjak kaget, Petra menatapnya dengan mata curiga. Boim dan Abimanyu juga menatapnya tidak berkedip.
   "Eh, kenapa? Gimana-gimana, katanya butuh bantuanku?" tanyanya antusias, mencoba mengalihkan kecurigaan ketiga cowok itu. Senyuman ramah sengaja dipasang di wajah cantiknya. Ketiga cowok itu saling berpandangan, saling bertanya lewat tatapan mata.
   "Kamu sehat?" tanya Petra sambil meletakkan punggung tangannya di dahi Danasti.
   "Apaan, sih! Koko aneh!" Danasti mengibaskan tangan Petra. Tentu saja dia sehat, sembarangan.
   "Kamu yang aneh. Jadi enggak yakin mau minta tolong!" putus Petra pura-pura putus asa.
  "Idih, baper! Kayak cewek lagi jatuh cinta saja!" Danasti menjawab cuek. Petra tersenyum, pancingannya kena. Ini baru Noni, princess di keluarga besarnya yang suka bicara apa adanya, dan agak seenaknya. Mungkin, sikap itu yang membuat Danasti cocok dengan Andara dan Mega, tiga trio cewek aneh yang pernah dilihatnya.
   Danasti, cewek keturunan Tionghoa dengan mata teramat sipit, kulit putih, slengekan, dan suka tertawa. Mega, cewek metropolitan dengan penampilan modis dari atas sampai ke bawah, jalannya seperti peragawati, tapi bicaranya suka bikin telinga sakit. Sementara Andara, cewek Jawa tulen dengan penampilan sederhana, sedikit tomboi, gaya bicaranya tenang terkesan dingin. Sampai sekarang, Petra masih bertanya-tanya bagaimana Abimanyu bisa jatuh cinta, sejatuh-jatuhnya kepada gadis biasa saja itu.
   "Oke, sekarang serius. Untuk apa aku disuruh ke sini!" tanyanya serius. Ketiga cowok itu kembali saling berpandangan, terlihat bingung mau memulai dari mana. Dalam hati Danasti tertawa, melihat wajah kebingungan ketiga cowok itu. Apalagi si Abimanyu, baru hari ini dia melihat cowok keren itu terlihat tidak bersemangat. Tanpa bersuara, kesepakatan diambil, Boim yang harus berbicara. Cowok tinggi berambut ikal itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu menghela napas panjang.