Pepen tertawa.
"Temui dia Kus, ke rumahnya. Supaya dia nggak terlalu murung. Lagi sekolah juga."
Merasa sangat memerlukan, esoknya Pepen menemui Mira. Siang-siang. Menurut perhitungannya, Mira pasti sudah pulang. Tetapi ternyata belum ada. Setelah menitip pesan ke Si Bibi, dia pergi jalan-jalan sambil melihat-lihat etalase. Malah dia memasuki beberapa toko. Melihat-lihat ikat pinggang dompet. Malah waktu melihat tas kecil untuk perempuan timbul keinginan membelinya untuk Mira. Tetapi tidak jadi.
Agak lama berkelilingnya. Sewaktu kembali ke rumah Mira, dia sudah ada. Malah sedang makan. Pepen pun ikut makan.
"Si Bibi bilang ada Pepen ke sini dari tadi." kata Mira. "Dari mana dulu Pen?"
"Dari situ. Lihat-lihat etalase."
"Belanja apa?"
"Itu dia, ada yang diminati,... tapi kan pesangonnya belum diterima."
Mira tertawa kecil. Pepen menatapnya. Sepertinya Mira baru saja mandi. Rambutnya halus, disisir ke belakang. Wajahnya hanya diberi bedak sekadarnya saja. Malah tidak mengolesi bibirnya dengan apapun.
Waktu Mira minum, dia melirik ke Pepen. Dua-duanya malah termenung. Waktu menyimpan gelasnya lagi, Mira sangat hati-hati
"Gimana Pen? Kapan mulai trainingnya?"