"Sama Si Oom itu teh Kus. Sama itu kayaknya Kang Zul dipikatnya. Si Oom yang ngurusin ini itu. Kang Zul yang ngurus sehari-hari."
"Punya andil atuh kalau gitu mah."
"Nggak tahu. Nggak mau menyelidiki bagaimana yang sebenarnya. Takut buktinya lebih dari yang kita sangka." kata Pepen sambil tertawa kecil.
Kusnadi mengangguk.
'Kenapa nggak mau tahu yang sebenarnya?"
"Ah, nggak mau aja. Apa lagi gunanya? Koran kita sudah pasti dihilangkan. Kalsu kita tahu keadaan yang sebenarnya koran teh akan tertolong, mau nanyain. Ini mah malah menambah-nambah pikiran."
"Tapi apa sebabnya Pepen terus kerja di kapal?"
Pepen tertawa.
"Awalnya iseng Kus." jawabnya. "Daripada nggak ada yang ditunggu, ya daftar sama teman. Tapi saat sudah lulus tes, hati jadi bulat. Mending berlayar kayaknya mah. Hitung-hitung menghindari pikiran yang galau. Kalau begitu Kus nggak setuju?"
"Bukan soal setuju atau nggak setuju, Pen. Ini mah nggak nyangka. Tapi sekarang kan mungkin sudah nggak bisa dirubah lagi. Kapan mulai training?"
"Sampai hari ini belum ada lagi kabar. Kalau Kus mau gimana? Mau nerusin kuliah lagi?"