Jaka merengkuh tubuh Udin, memeluknya erat. Ia merasa gagal jadi bapak yang baik. Menjaga pizza untuk Udin pun dia tak bisa.
"Selamat ulang tahun ya, nak," sambung Jaka. Tak bisa ditahannya isak tangisnya. Ia tahu betul pasti Udin kecewa. Lama sekali ia mendekap tubuh mungil anaknya itu.
Udin mengendurkan pelukan Jaka. Digenggamnya kedua tangan ayahnya yang sudah mulai keriput itu. Lamat-lamat dipandangnya bola mata Jaka. Tatapannya nanar. Ia takut kehilangan Jaka. Butiran bening lolos dari mata jernihnya tanpa diminta.
Ia tak bersuara, tapi air matanya berbicara banyak.
"Udin nggak mau pizza lagi, Pak. Udin nggak suka pizza. Udin cuma mau Bapak."
Jaka yang sedari tadi menangis semakin terisak mendengar penuturan Udin. Begitu pun Rumi. Dihampirinya suami dan anak yang sangat disayanginya itu. Memeluk mereka dengan erat.
Sekarang Udin sadar, bukan pizza yang membuatnya bahagia, tapi kehadiran Jaka dan Rumi dalam hidupnya.
#Cerpen
----------------------------
Ditulis pada 21 Februari 2024.
Pizza untuk Udin
Penulis: Kiki Olivia PanjaitanÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H