"Besok datang kesini bantuin aku jualan. Yono nggak bisa kerja besok karena anaknya sunat," pungkas Herman.
Ia tahu walaupun Jaka orang susah, tapi ia tidak pernah mau menerima uang dengan cuma-cuma.
Seketika mata Jaka berbinar. Akhirnya impian Udin untuk makan pizza segera terwujud.
"Terima kasih, Man," ucap Jaka.
"Iya, sama-sama. Udah pergi sana beli pizza-nya biar Udin senang.
***
Jaka lari tergopoh menuju restoran pizza. Satu tangannya memegang karung tempat botol-botol plastik yang dikumpulkannya. Satu lagi memegang uang dua ratus ribu dari Herman.
Saking semangatnya berlari, sampai-sampai tali sandalnya sebelah kiri copot, tapi ia tak peduli.
Dilepasnya begitu saja sandal itu lalu berlari kembali menuju restoran pizza.
Pegawai restoran membuka pintu untuk Jaka. Senyum yang tadinya sudah mengembang untuk menyambut tamu perlahan terurai. Wanita cantik berbadan semampai memakai seragam abu-abu itu memandang Jaka dari rambut sampai ke kaki.
Bukan maksudnya memandang rendah pada Jaka. Tapi penampilan Jaka memang menjadi perhatian orang-orang yang ada di sana.