Ia menyusur trotoar sambil berdendang, melantunkan syair-syair yang keluar begitu saja dari mulutnya.
"Oh Udin anakku sayang, akhirnya kau bisa makan pizza seperti Joni dan Togap. La ... la ... la ...."
Sesekali ia bersiul. Hatinya penuh dengan nyanyian kegirangan.
"Pak ... awas, Pak!" Tiba-tiba seseorang menabrak tubuh Jaka. "Menjauh, Pak. Ada geng motor tawuran. Ayo lari, Pak. Menjauh."
Jaka yang masih diliputi kebahagiaan tak mengerti dengan apa yang terjadi. Seketika di sekitarnya menjadi riuh. Orang-orang berlarian sambil berteriak.
Suara mesin dari puluhan sepeda motor memenuhi pendengaran Jaka. Ia kaget. Apalagi ada sebuah batu mendarat tepat di sampingnya. Ia tak tahu dari arah mana dan siapa sasaran lemparan batu itu.
Puluhan remaja bertengkar di jalan. Saling lempar, saling memperlihatkan senjata tajam. Saling menggeber gas sepeda motor masing-masing. Umpatan dan makian tak henti-hentinya terdengar.
Plak!
Sebuah lemparan batu mengenai kening Jaka. Ia mematung sesaat. Lemparan itu begitu tiba-tiba. Ia bahkan tak sempat mencerna rasa sakitnya, sampai darah segar mengucur dari kening sampai bibirnya.
Pandangannya gelap. Dunianya berputar. Jaka limbung, ambruk ke tanah. Kotak pizza lepas dari tangannya.
Beberapa menit kemudian suara sirene mobil polisi menggema. Dua kelompok geng motor yang tawuran tadi langsung membubarkan diri. Semuanya berhamburan. Salah satu diantara mereka melajukan motornya dengan cepat. Tak lagi memperhatikan sekitar, ia melintas tepat di samping Jaka. Melindas kotak pizza.