"I was struck by the fact that successful efforts to teach highly structured bodies of knowledge like mathematics, physical sciences, and even the field of history often took the form of a metamorphic spiral in which at some simple level a set of ideas or operations were introduced in a rather intuitive way and, once mastered in that spirit, were then revisited and reconstrued in a more formal or operational way, then being connected with other knowledge, the mastery at this stage then being carried one step higher to a new level of formal or operational rigour and to a broader level of abstraction and comprehensiveness. The end state of this process was eventual mastery of the connexity and structure of a large body of knowledge..." (Bruner, 1960, p. 141).
Bagaimana Merancang Kurikulum Menggunakan Pendekatan Spiral?
Untuk menggunakan metode spiral untuk desain kurikulum, kita harus menetapkan unit kerja yang meningkatkan tingkat kesulitan; dan melanjutkan di mana unit sebelumnya tinggalkan. Pendekatan spiral terhadap desain kurikulum menekankan fakta bahwa mata kuliah bukanlah unit studi yang terpisah dan telah ditentukan sebelumnya. Setiap kursus atau unit kerja yang kita pelajari dibangun di atas yang sebelumnya.
Metode ini mendorong kita untuk berkolaborasi dengan rekan-rekan yang pernah menjadi guru anak di tahun sebelumnya atau di tahun-tahun yang akan datang guna membentuk satu kesatuan strategi pengajaran.
Misalnya, sekelompok pendidik dapat memanfaatkan Taksonomi Bloom untuk menghasilkan hasil belajar di berbagai tingkat kursus. Pendidik akan menciptakan tujuan pembelajaran yang semakin rumit seiring berjalannya waktu. Seorang siswa mungkin hanya diminta untuk menunjukkan 'pemahaman' materi di kursus pertama. Siswa mungkin diminta untuk 'mengkritik' atau 'menganalisis' dalam iterasi berikut. Murid mungkin diminta untuk 'membuat' sesuatu dari awal dalam iterasi terakhir. Ini adalah teknik yang sering digunakan dalam gelar universitas, di mana program mahasiswa baru membangun fondasi pengetahuan dan kompleksitas berkembang dari sana. Pada akhir program, seorang siswa mungkin diminta untuk menyelesaikan proyek batu penjuru atau disertasi yang menunjukkan tingkat pembelajaran tertinggi: penciptaan pengetahuan baru.
Contoh Di Kelas
Matematika
Secara matematis, kita sering kembali ke informasi yang sama berulang kali, tetapi setiap kali menambah kompleksitas. Misalnya, guru Anda mungkin mulai dengan mengajari Anda cara menjumlahkan dan mengurangi pecahan sebelum beralih ke pecahan yang lebih rumit. Sekolah Anda akan memperluas studi pecahan selama beberapa tahun daripada berfokus pada pecahan selama satu tahun penuh. Guru Anda akan menilai seberapa baik Anda mengingat materi sebelumnya setiap kali Anda kembali ke pecahan, dan kemudian membantu Anda memperluas pengetahuan itu.
Kecakapan menulis dan membaca
Kita akan sering menggunakan teknik spiral dalam literasi untuk meningkatkan kosa kata, tata bahasa, pemahaman sastra, dan pemikiran kritis kita. Guru dan pustakawan akan sering memberikan buku kepada anak-anak yang secara bertahap tumbuh dalam kesulitan dan panjang. Untuk mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan membaca, siswa harus mengikuti langkah-langkah dalam urutan yang benar.
Demikian pula, seorang siswa dapat mempelajari kata benda terlebih dahulu, lalu kata sifat, dan kata kerja, lalu kata keterangan. Hal ini disebabkan fakta bahwa mengetahui kata sifat memerlukan pengetahuan sebelumnya tentang kata benda, sedangkan mengetahui kata keterangan memerlukan pengetahuan sebelumnya tentang kata kerja.