Mohon tunggu...
Kidung Sableng
Kidung Sableng Mohon Tunggu... -

Hanya manusia biasa yang biasa-\r\nbiasa saja, karena tidak memiliki sesuatu yang luar biasa.... dan masih belajar membiasakan diri agar terbiasa dengan segala hal diluar kebiasaan...\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Waspada!

10 Desember 2010   03:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:51 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Ojo ngono toh Pak, saya ini lagi sedih... ibarat jatuh tertimpa tangga pula, koq bapak malah ngidung", gerutu anaknya...

" Mas Arya juga gak bersedia sehidup semati denganku!", matanya mulai berkaca-kaca.

" Masalahku banyak Pak...", ungkap anaknya sambil tertunduk.

" Owalah nduk...nduk.. melas tenan toh kowe iki..?!", jawab Ki Demang sambil tersenyum

" Lho Bapak koq malah senang anaknya susah???", tanya anaknya heran.

" Ya nggak senang toh nduk... siapa yang senang dapat masalah??",Ki Demang balik bertanya

" Ibarat orang makan ya nduk ... makanan orang hidup itu setelah nasi adalah masalah, atau dengan kata lain masalah adalah makanan kedua orang yang masih hidup setelah makan nasi..", kata Ki Demang kalem...

"Maksudnya???", tanya anak gadisnya bingung campur penasaran.

"Maksudnya.. namanya orang hidup itu ya selalu dekat dengan masalah, masalah itu akan datang sendiri tanpa harus kita cari, masalah itu akan hadir setiap saat tanpa kulo nuwun dulu, dan masalah itu tidak pandang bulu akan mendatangi siapa saja... gak peduli itu Bintara atau Tamtama, bahkan Jenderal sekalipun", jelas Ki Demang.

"Hahahaha... seperti lagunya Iwan Fals saja Pak-e... pak-e !", jawab anaknya tertawa.

" Nah itu betul itu... begitulah harusnya menghadapi masalah, dengan tersenyum lebar dan berjiwa besar", sahut Ki Demang senang melihat anaknya sudah mulai tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun