Mohon tunggu...
Kidung Sableng
Kidung Sableng Mohon Tunggu... -

Hanya manusia biasa yang biasa-\r\nbiasa saja, karena tidak memiliki sesuatu yang luar biasa.... dan masih belajar membiasakan diri agar terbiasa dengan segala hal diluar kebiasaan...\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Waspada!

10 Desember 2010   03:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:51 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu rumah Ki Demang tampak tenang, alunan gesekan batang dan daun bambu tertiup angin semilir terdengar ber-irama. Gemericik air dari pancuran kolam ikannya seakan ikut memberi nada. Kicau burung pun seperti tak mau kehilangan moment tersebut untuk andil menyanyikan indah lagunya. Hmmmm... Harmoni nyanyian alam yang nyaris sempurna.

Sungguh besar nikmat alam ini diciptakan oleh-Nya.

Terlihat Ki Demang Ambeyen tengah duduk di balai tepi kolamnya. Ditemani anak gadisnya yang terdiam dengan kepala berbantal kedua paha bapaknya, Sambil memperhatikan ikan-ikan koi yang tengah asyik berenang mengitari kolam dengan aneka warnanya yang menawan.

" Saya sudah berusaha semaksimal kemampuan saya pak... ", kata anak gadisnya lirih membelah keheningan siang itu.

" Segala daya upaya sudah coba saya lakukan..", lanjutnya...

" Semua ilmu dan kemampuan yang saya peroleh selama kuliah sudah saya terapkan..",

" Datang ke tempat kerjapun lebih pagi dari teman-teman sekantor lainnya..", Ujarnya..

" Wis toh nduk.. Ikhlaskan saja.. Lebih banyak bersabar dan tawakal ..!", kata Ki Demang memotong perkataan anaknya. Ada sedikit perubahan pada raut muka Ki Demang, Ki Demang yang biasanya   santai, ceria, dan energik tampak sedikit tegang. Dahinya menampakan kerutan yang cukup jelas.

" Tapi saya nggak rela Pak!!", sambut anaknya sedikit lantang.

" Saya sudah bekerja sejujur mungkin, se-loyal yang saya mampu...",

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun