Berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 24,4 persen. Angka ini masih jauh dari angka prevalensi yang ditargetkan dalam rpjmn 2020-2024, yakni 14 persen.
"Dampak masalah gizi stunting dan obesitas berdampak jangka pendek dan jangka panjang karena kedua masalah gizi ini menjadi indikator pembangunan kesehatan bangsa yang berpengaruh terhadap kualitas generasi penerus," katanya dalam konferensi Hari Gizi Nasional ke-62, Selasa (18/1/2021), dikutip situs web Kemenkes.
Hal ini membutuhkan upaya bersama dari beberapa sektor -- kesehatan, pendidikan, agama dan kementerian dalam negeri dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) -- untuk mengarusutamakan gizi remaja ke dalam kebijakan, rencana, anggaran, pelaksanaan dan pemantauan program. Sektor swasta juga memiliki peran penting dalam menyediakan dan mempromosikan pilihan makanan yang lebih sehat.
Terpenting, remaja harus diberdayakan untuk menjadi aktor gizi. Meskipun krisis pandemi covid-19, diupayakan remaja turut memotivasi dan mendukung teman sebayanya untuk berolahraga dan makan sehat, secara langsung maupun melalui media sosial.
Dengan melibatkan remaja sebagai mitra, dapat membantu mereka menavigasi pilihan makanan kompleks yang mereka hadapi dan membuat keputusan yang lebih baik yang akan mengarah pada kehidupan yang lebih sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H