Pendirian yayasan ini bukanlah perjalanan yang mudah. Tantangan besar dihadapi Sulastri, mulai dari proses mendapatkan izin operasional hingga meyakinkan masyarakat sekitar akan pentingnya pendidikan. Di tengah keterbatasan dana dan fasilitas yang ada, ia harus bekerja keras untuk memperkenalkan visi dan misinya kepada orang tua dan masyarakat. Beberapa orang bahkan meragukan kemampuannya untuk mengelola sebuah lembaga pendidikan, namun dengan semangat pantang menyerah dan tekad yang kuat, Sulastri terus berusaha meyakinkan mereka bahwa pendidikan yang layak dan berkualitas adalah hak setiap anak, tidak peduli dari latar belakang mana mereka berasal. Selain itu, ia juga menghadapi tantangan dalam mencari tenaga pengajar yang memiliki komitmen dan dedikasi yang sama terhadap dunia pendidikan. Namun, Sulastri tidak menyerah. Ia mengelilingi dirinya dengan orang-orang yang sevisi dan bersedia berjuang bersama mewujudkan tujuan besar tersebut.
Dengan dukungan keluarga, para pendidik yang berdedikasi, dan masyarakat yang mulai menerima keberadaan sekolah ini, Yayasan Meriba berkembang pesat dalam waktu yang relatif singkat. Sekolah yang awalnya hanya terdiri dari dua rumah sebagai ruang kelas kini telah berkembang menjadi enam rumah yang digunakan untuk menampung jumlah siswa yang semakin banyak. Sekolah ini tidak hanya menjadi tempat belajar bagi anak-anak, tetapi juga menjadi simbol perubahan bagi keluarga-keluarga yang sebelumnya mungkin tidak memiliki akses terhadap pendidikan yang memadai. Dengan semakin berkembangnya jumlah siswa, yayasan ini tidak hanya memberikan pendidikan kepada anak-anak dari Jakarta, tetapi juga mulai menarik perhatian anak-anak dari daerah-daerah lain di sekitar wilayahnya.
Salah satu prinsip utama yang selalu dipegang teguh oleh Sulastri adalah inklusivitas. Yayasan Meriba membuka pintunya bagi anak-anak dari berbagai suku, agama, dan budaya, menciptakan lingkungan belajar yang mencerminkan keberagaman Indonesia. Bagi Sulastri, pendidikan adalah hak setiap anak tanpa diskriminasi. Ia percaya bahwa melalui pendidikan yang baik, setiap anak memiliki potensi untuk meraih masa depan yang lebih cerah, tidak hanya bagi diri mereka sendiri tetapi juga bagi masyarakat di sekitarnya. Di Yayasan Meriba, Sulastri selalu menekankan pentingnya mengajarkan toleransi dan saling menghargai antar sesama, karena ia percaya bahwa generasi masa depan yang baik adalah mereka yang tidak hanya cerdas dalam pengetahuan, tetapi juga dalam empati dan kepedulian terhadap orang lain.
Tidak hanya fokus pada pengelolaan sekolah, Sulastri juga memperhatikan kesejahteraan para tenaga pendidik yang bekerja di bawah naungan yayasannya. Menyadari bahwa guru adalah pahlawan yang berperan penting dalam membentuk karakter dan masa depan anak-anak, Sulastri berkomitmen untuk memastikan para guru mendapatkan gaji yang layak. Saat ini, ia telah menggaji banyak guru yang berkontribusi dalam memberikan pendidikan berkualitas di Yayasan Meriba. Salah satu kebanggaan terbesar Sulastri adalah kemampuannya untuk menggaji para guru tersebut dengan tepat waktu setiap bulan, meskipun tantangan keuangan tetap ada, terutama di masa-masa awal pendirian sekolah. Baginya, menghargai pekerjaan guru adalah bentuk penghormatan terhadap profesi yang mulia ini, yang sangat berpengaruh pada perkembangan bangsa.
Sulastri percaya bahwa jika guru merasa dihargai dan kesejahteraannya terjamin, mereka akan bekerja lebih baik dan lebih berdedikasi dalam mendidik anak-anak. Inilah yang menjadi salah satu prinsip dalam mengelola yayasan pendidikan yang ia dirikan. Dengan memberi perhatian penuh kepada para guru, Sulastri berharap mereka dapat mengajar dengan sepenuh hati, yang pada akhirnya akan mencetak anak-anak didik yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan siap menghadapi tantangan hidup.
Selain itu, di tengah kesibukannya mengelola yayasan dan sekolah, Sulastri juga tetap menjalankan peran pentingnya sebagai ibu dari seorang anak perempuan yang lahir pada tahun 2004. Meskipun kariernya sebagai pendidik dan pengelola yayasan membutuhkan banyak waktu dan perhatian, ia tidak pernah melupakan tanggung jawabnya sebagai ibu. Ia berusaha sebaik mungkin untuk memberi perhatian dan kasih sayang kepada anaknya, meskipun terkadang harus membagi waktu dengan tuntutan pekerjaan yang tidak pernah ada habisnya. Sebagai ibu, Sulastri ingin menanamkan nilai-nilai penting kepada anaknya, yaitu tentang pentingnya pendidikan, kerja keras, dan pengabdian kepada masyarakat.
Tantangan lainnya yang harus dihadapi Sulastri dalam perjalanan hidupnya adalah kesehatan. Sejak beberapa tahun yang lalu, Sulastri didiagnosis menderita diabetes, yang telah menjadi masalah kesehatan yang cukup berat baginya. Meski demikian, ia tidak membiarkan kondisi fisiknya menghalangi tekad dan semangatnya untuk terus berjuang. Ia tetap menjalani rutinitasnya dengan penuh dedikasi, meskipun harus bergantung pada kursi roda untuk mobilitas sehari-hari. Penyakit diabetes yang dideritanya memerlukan perhatian medis yang serius, namun Sulastri tetap menunjukkan ketangguhan luar biasa dalam menghadapi segala tantangan yang datang. Meskipun tubuhnya mulai lemah, semangat dan tekadnya tidak pernah padam. Bagi Sulastri, dunia pendidikan adalah hidupnya, dan ia berkomitmen untuk terus memberikan yang terbaik bagi anak-anak dan para guru yang ada di yayasannya.
Dengan segala pencapaian ini, Yayasan Meriba tidak hanya menjadi tempat belajar bagi anak-anak, tetapi juga simbol keberanian, ketekunan, dan dedikasi seorang perempuan yang percaya bahwa pendidikan adalah kunci perubahan. Sulastri telah membuktikan bahwa dengan kerja keras, ketulusan hati, dan keberanian untuk menghadapi segala tantangan, sebuah impian dapat diwujudkan menjadi kenyataan yang memberikan manfaat bagi banyak orang. Melalui yayasan yang ia dirikan, Sulastri telah membuka pintu harapan bagi anak-anak yang dulunya mungkin tidak memiliki kesempatan untuk meraih pendidikan yang lebih baik. Kini, Yayasan Meriba menjadi saksi dari perjalanan hidup Sulastri yang luar biasa dan menjadi contoh inspirasi bagi generasi muda yang ingin memberikan kontribusi positif kepada bangsa ini.
Peran Gandanya dalam Pendidik dan Pemimpin
Selain mengelola Yayasan Meriba, Sulastri juga menjabat sebagai kepala sekolah di SDS Karya Iman dan SDN Cibatu 02. Dengan jadwal yang padat, ia sering mengendarai mobil sendiri untuk mengunjungi ketiga sekolah tersebut setiap hari. Meski sibuk, Sulastri selalu berusaha hadir secara fisik maupun emosional bagi para siswa dan guru.
Sebagai seorang pemimpin, Sulastri tidak hanya berfokus pada hasil akademik. Ia juga menanamkan nilai-nilai moral, kepedulian sosial, dan rasa hormat kepada sesama. Ia percaya bahwa pendidikan yang baik harus mencakup pembentukan karakter. Karena itu, Sulastri sering mengadakan kegiatan yang melibatkan siswa dalam aksi sosial, seperti membantu masyarakat kurang mampu atau menjaga kebersihan lingkungan.