Nah, inilah pentingnya orangtua introspeksi terhadap dirinya sendiri. Mengingat proses pemulihan yang akan dilalui anak tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi di usianya yang masih sangat belia yang memengaruhi kepribadiannya dewasa kelak.
Mengasah Kemampuan Sosio-Emosional pada Anak
Berikut beberapa cara yang dapat ditempuh dalah mengasah kemampuan sosio-emosional pada anak, antara lain :Â
1. Mengajak anak bermain ke luar rumah misalnya aktivitas bersepeda, menyiram tanaman, atau sekadar lari-larian. Hal demikian bertujuan agar anak menyediakan waktu untuk bermain dan interaksi sosial. Karena keterampilan dalam bersosialisasi bisa dimulai dan dibentuk dari orang-orang sekitar baik teman sebaya maupun orang dewasa.
Adapun kegiatan bermain anak dengan sebayanya bisa diisi dengan aktivitas bermain petak umpet, bermain bola, serta segala permainan yang mengajarkan kerja sama dan saling empati.
2. Membatasi screen time baik pada gawai maupun televisi. Disadari atau tidak, pembebasan penggunaan gawai pada anak yang tidak terkontrol dapat mengganggu perkembangan sosio-emosialnya. Frekuensi penggunaan yang berlebih berimbas pada anak yang menghabiskan waktu seharian untuk waktu layar.
Rutinitas harian yang seimbang dan aktivitas alternatif dalam meningkatkan kemampuan sosio-emosional pada anak sangat diperlukan di antara gempuran teknologi masa kini.
3. Mengundang teman sebayanya untuk main ke rumah. Melalui bermain, anak-anak belajar tentang penegasan diri, negosiasi, dan kompromi. Di sini pula, anak yang cenderung pemalu bisa menjadi sedikit cerewet meniru sikap temannya karena mereka saling terhubung dalam situasi bermain. Alhasil, anak yang pemalu bisa lebih percaya diri dan tidak segan untuk menjalin pertemanan.
4. Mengasah minat dan bakat anak melalui kegiatan aktif seperti mengikuti kelas taekwondo, komunitas push/balance bike, les renang, mengunjungi playdate/playground, dan sebagainya.
Selain mengasah kemampuan motoriknya, di situ anak juga akan bertemu dengan banyak orang bahkan sekaligus bisa belajar pengalaman tentang hal baru. Sehingga, anak dapat terlatih untuk mengekspresikan diri dalam situasi sosial.
5. Mengajarkan anak untuk berbagi dan saling menolong. Salah satu manfaatnya adalah untuk mengendalikan sikap egoisnya. Tentunya ini tidak dengan cara dipaksa tetapi melalui pembiasaan orangtua. Mengingat anak usia dini masih cenderung egois, maka bisa diajarkan perlahan dan dikomunikasikan dengan baik.