Mohon tunggu...
Khusnul Kholifah
Khusnul Kholifah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dan Pendidik

Pencinta literasi sains, parenting, dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Pentingnya Mengasah Kemampuan Sosio-Emosional pada Anak Sejak Dini

8 Juli 2024   23:05 Diperbarui: 13 Juli 2024   13:35 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi anak bermain bersama teman | Sumber: (thinkstock) 
Ilustrasi anak bermain bersama teman | Sumber: (thinkstock) 

Pemahaman emosional menyiratkan kemampuan untuk mengenali emosi dan cara mengaturnya untuk mempertahankan hubungan yang efektif dengan orang lain. Yang diinginkan adalah anak mampu mengisyaratkan dengan benar emosional orang lain dan meresponnya dengan tepat.

Karena, yang diharapkan, ketika anak sudah memasuki dunia taman kanak-kanak, ia akan memiliki kemampuan yang baik, respon yang baik. Sebagai contoh, Firza memiliki teman yang diganggu oleh teman lainnya. Jika kemampuan sosio-emosionalnya baik, maka Firza akan berusaha melerai atau melindungi temannya yang sedang dijahili tanpa mengucapkan kata-kata kasar maupun membalas secara fisik. Demikianlah sebagai salah satu wujud kematangan  sosio-emosional pada anak.

Inilah pentingnya peran orangtua dan guru untuk peka dengan situasi demikian. Mengingat, perkembangan sosio-emosional anak merujuk pada kemampuan untuk sepenuhnya mengelola dan mengekspresikan emosi baik positif maupun negatif.

Oleh sebab itu, beberapa hal yang perlu orangtua tinjau ulang kembali adalah sebagai berikut.

Pertama, kesadaran orangtua tentang kemampuan sosial dan emosional pada anak. Apakah selama ini orangtua hanya berfokus pada aspek kognitif atau akademik (intelektual) saja seperti membaca, menulis, dan berhitung. Sehingga, hal demikian rentan akan pengabaian pada aspek lainnya seperti kemampuan anak dalam bersosialisasi, mengekspresikan emosi, dan sebagainya.

Padahal, kemampuan kognitif sama pentingnya dengan kemampuan sosial dan emosional. Karena, sosio-emosional menyangkut bagaimana anak untuk memiliki sikap empati pada temannya, berbicara dengan jelas pada lawan bicaranya, mampu memperkenalkan diri seperti menyebutkan nama dan usianya, serta cara mengatasi emosi negatif seperti marah, kecewa, atau cemas.

Kedua, pola pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua selama ini. Pola asuh erat kaitannya dengan kebiasaan keseharian orangtua yang cenderung ditiru oleh anak. Seperti apa cara bergaul orangtua dengan para tetangga atau lingkungan sekitar tempat tinggal.

Mengingat anak adalah sosok peniru ulung, terlebih di usianya di fase golden age. Apapun yang ia alami, lihat, dan amati akan terekam oleh memori otaknya. Maka, cepat atau lambat anak akan melakukan hal yang sama dengan ayah ibunya.

Anak yang kesulitan berinteraksi dengan teman sebaya dan jarang berkomunikasi dengan lingkungan salah satunya diakari oleh pola pengasuhan yang keliru seperti orangtua posesif yang terlalu membatasi pertemanan sang anak. Akibatnya, kemampuan sosial dan emosional anak menjadi terhambat.

Anak sudah sepatutnya untuk dilatih bersosialisasi dan mengontrol emosi sejak dini. Sebab salah satunya, pada saat menuju kesiapan sekolah, anak belajar untuk memahami instruksi dan interaksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun