Mohon tunggu...
Khusnul Kholifah
Khusnul Kholifah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dan Pendidik

Pencinta literasi sains, parenting, dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Simak 7 Tips Melatih Anak Berpuasa Ramadan

7 Maret 2024   23:14 Diperbarui: 12 Maret 2024   13:29 1262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang anak laki-laki bersama keluarga di rumah sedang berdoa menjelang berbuka puasa. (Sumber : Freepik)

Beberapa hari lagi bulan suci ramadan tiba, adakah di antara ayah dan bunda berencana untuk melatih si kecil berpuasa?
Atau justru menundanya lantaran usianya masih terlalu kecil untuk berpuasa?
Salah satu alasannya karena kekhawatiran terhadap status kesehatan si kecil.

Orang tua memiliki cara beragam untuk mengenalkan puasa ramadan pada anak-anaknya. Hal demikian menjadi tantangan tersendiri bagi setiap orang tua apalagi pada anak usia dini.

Pada dasarnya, tidak ada patokan baku kapan waktu yang tepat untuk anak mulai belajar berpuasa. Mengingat kondisi dan kemampuan masing-masing anak berbeda-beda seperti usia, tingkat kecerdasan, dan tipe kepribadian anak.

Namun, yang patut menjadi perhatian orang tua adalah bagaimana kelak anak melaksanakan puasa dengan suka cita atas kemauannya sendiri tanpa adanya paksaan.

Adapun berikut penulis sampaikan manfaat melatih anak-anak berpuasa, diantaranya :

1. Melatih kesabaran sehingga anak juga mampu belajar mengendalikan diri.

2. Menahan hawa nafsu terhadap makanan, menunggu waktunya berbuka ketika adzan maghrib.

3. Mengetahui rasanya "kelaparan" seperti yang dirasakan oleh orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan yang tidak mampu makan.

4. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh atau imunitas, diimbangi dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi saat sahur dan berbuka.

5. Mencegah anak memiliki kelebihan berat badan karena jumlah kalori terkontrol selama berpuasa.

6. Mengajarkan anak untuk disiplin, misalnya patuh pada syariat, tidak makan dan minum sebelum waktu berbuka tiba.

Mengenalkan Konsep Berpuasa Sejak Dini

Pengenalan konsep berpuasa kepada anak bisa dimulai sejak anak masih berusia balita misalnya usia 3 tahun. Orientasi ini meliputi mengenalkan suasana-suasana ramadan atau ibadah puasa ke dalam pemikiran anak seperti adanya sahur dan berbuka, salat tarawih, rajin membaca Al-Qur'an, rajin bersedekah, serta salat hari raya.

Semakin dini anak dikenalkan dan dilatih untuk berpuasa maka sesungguhnya fungsi otaknya optimal berkembang untuk mereka merekam pola kebaikan. Terdapat kebaikan-kebaikan yang terselip manakala orang tua mengajarkan seluk beluk puasa sedari anak masih berusia belia.

Masa anak-anak adalah masa yang sangat menentukan pembentukan karakternya kelak. Anak tumbuh dan belajar dari kebiasaan-kebiasaan, pengalaman, dan pembelajaran baik atau buruk pada masa balitanya. Inilah hal yang berpengaruh besar dalam proses pendewasaan anak.

Saat anak berusia 3 tahun, latihan berpuasa dapat dimulai dengan batasan-batasan yang masih bisa diterima oleh kemampuan si kecil dalam menahan haus dan lapar.

Sebagai contoh, latihan puasa pada anak dapat dilakukan dalam rentang waktu 3-4 jam saja sudah cukup. Mengingat hal ini masih latihan dan jika terlalu lama dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

Tips Melatih Anak Berpuasa

Anak-anak yang belum diwajibkan syariat pun dapat berpuasa hanya saja perlu dibimbing dan mendapat arahan dari orang tua. Dengan demikian, dibutuhkan strategi atau langkah jitu agar anak tetap tenang dan bertahan dengan baik selama berpuasa.

Berikut penulis sampaikan beberapa tips yang dapat dilakukan orang tua saat melatih anak berpuasa di bulan ramadan.

1. Ajarkan tentang makna berpuasa melalui bercerita, bermain, dan bernyanyi.

Dalam proses pembelajaran anak usia dini dapat diselipkan melalui berbagai kegiatan yang menarik bagi anak-anak. Seperti halnya saat orang tua memberikan pemahaman kepada anak tentang makna berpuasa.

Orang tua bisa mengajarkannya melalui kegiatan menonton film kartun animasi Islami bersama-sama, bercerita dari buku, bermain peran, hingga bernyanyi misalnya lagu-lagu islami yang berisi tentang rukun Islam.

Sampaikan makna berpuasa kepada anak dengan bahasa sederhana agar anak mudah memahaminya. Diharapkan pula mulai tumbuh rasa cinta dan rasa syukur anak sehingga dapat belajar berpuasa didasari atas kemauannya.

2. Orang tua memberi contoh kepada anak.

Orang tua sebagai role model putra dan putrinya tentu sebaiknya memberikan contoh yang baik. Orang tua yang sebelumnya terbiasa puasa sunnah misalnya setiap hari senin dan kamis pasti memicu timbulnya serangkaian pertanyaan dari anak misalnya kenapa ayah dan bunda tidak makan dan minum. Sehingga biasanya dari pertanyaan tersebut muncul ketertarikan untuk belajar berpuasa dalam diri anak.

Sampaikan pula hal-hal yang tidak diperbolehkan dilakukan selama berpuasa misalnya larangan makan, minum, berlama-lama menangis, marah-marah, dan sebagainya

Bahkan contoh pun bisa datang dari teman-teman seumurannya. Fitrahnya anak-anak memanglah sangat bersemangat belajar. Maka tugas orang tua buat anak suka, bukan hanya bisa, sehingga tanpa pengawasan pun kelak anak akan timbul pertanggungjawaban atas dirinya sendiri.

3. Puasa setengah hari.

Ada beberapa pilihan durasi yang kesemuanya bergantung pada kebijakan orang tua terhadap anak berdasarkan kondisi dan kemampuan anak. Misalnya, jika anak turut makan sahur, maka latihlah berpuasa hingga beberapa jam ke depan.

Puasa setengah hari atau bahkan kurang dari itu merupakan serangkaian tahapan anak dalam belajar berpuasa. Dengan berlatih puasa secara bertahap anak merasa tidak ada keterpaksaan dalam menjalankannya.

4. Mulai dari puasa makanan favoritnya.

Puasa ini bisa diisi dengan tantangan awal anak untuk tidak mengonsumsi kudapan favoritnya atau puasa jajan juga bisa. Hal ini bertujuan agar anak belajar sedikit demi sedikit untuk memahami konsep berpuasa yang melarang makan dan minum apapun karena bisa membatalkan puasanya.

5. Kenalkan tradisi dan kegiatan selama bulan ramadan.

Nuansa ramadan lekat dengan suasana seperti ngabuburit, sahur, berbuka, tadarusan, ronda malam, zakat fitrah, bersedekah, salat tarawih, dan sebagainya.

Orang tua dapat mengenalkannya dengan melibatkan anak secara langsung pada serangkaian ibadah puasa. Lambat laun anak juga akan akrab dengan situasai dan kondisi ini sehingga bisa mengambil kesimpulan sendiri bahwa ramadan identik dengan hal-hal yang "menarik", membawa manfaat, serta keberkahan.

6. Melakukan aktivitas seru dan menyenangkan di waktu ngabuburit.

Misalnya memasak takjil, membaca buku, belajar mengaji, bermain dengan tetangga, dan tentunya dengan memperhatikan durasi serta kondisi anak agar tidak merasa terkuras energinya.

Hal ini bertujuan agar ibadah puasa anak diisi dengan kegiatan positif yang tidak menimbulkan kejenuhan justru membawa sebuah ketertarikan dari anak.

7. Berikan reward berupa apresiasi, hadiah maupun sanjungan.

Sebagai bentuk dukungan, motivasi, dan penghargaan untuk anak, orang tua bisa menyiapkan makanan atau minuman favorit anak menjelang berbuka. Selain itu, memberi sanjungan atau pujian kepada anak atas kehebatan dan semangatnya berlatih puasa.

Dari beberapa tips di atas, patut orang tua ingat bahwa jangan sampai menyuruh anak untuk bertahan ketika memang sudah tidak kuat.

Sepanjang punya kemauan dan kemampuan untuk berpuasa "semampunya", maka biarkan semampunya. Jangan paksa dengan berkata, "ayo kuat Nak, kurang satu jam lagi!".

Hal demikian adalah kurang tepat dan tidak dibenarkan terutama pada anak usia balita.

Mengingat kondisi anak sudah tidak memungkinkan lagi untuk bertahan. Biarkan anak berlatih sampai muncul kematangan fisik dan psikisnya sehingga berproses dan bertahap dengan baik.

*****

Anak berusia 4-5 tahun sedang memiliki rasa penasaran yang tinggi sehingga inilah peran orang tua agar pandai dalam mengelola semangat anak untuk mulai mengenalkan kesempatan mencoba berpuasa.

Tidak perlu membanding-bandingkan saat anak lain sudah bisa puasa satu hari penuh namun anak kita baru bisa setengah hari misalnya. Anak memiliki kelebihan dan keunikan masing-masing.

Prinsip pengasuhan membentuk kebiasaan, meninggalkan kenangan. Dengan belajar sebelum memasuki momentumnya, maka anak sudah siap menjelang waktunya (baligh). Semakin sempurna pula akal pemikirannya.

Semoga antusiasme para orang tua dalam melatih anak berpuasa sebanding dengan rasa penasaran anak sehingga menimbulkan ketertarikan pada mereka tanpa adanya paksaan dalam menjalankan ibadah puasa.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun