Mohon tunggu...
Khusnul Kholifah
Khusnul Kholifah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dan Pendidik

Pencinta literasi sains, parenting, dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Perhatikan 4 Hal Ini Sebelum Memiliki Anak Jarak Usia Dekat

12 Desember 2023   23:26 Diperbarui: 15 Januari 2024   13:05 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan negara yang penduduknya memiliki status ekonomi beragam sehingga memengaruhi kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari meliputi level gizi, jenis makanan yang tersedia, serta anggaran belanja dari penghasilan atau pendapatan.

Jika orang tua dirasa mampu dan siap untuk menambah momongan, secara otomatis kebutuhan rumah tangga dan lain-lain akan bertambah. Hal tersebut juga meliputi perencanaan dana pendidikan anak yang jarak usianya relatif dekat.

4. Kehamilan Terencana

BKKBN dalam sosialisasinya kampanyekan untuk hindari 4T, yaitu: (1) tidak hamil di usia "terlalu muda", (2) tidak hamil atau melahirkan di usia "terlalu tua" di atas 35 tahun, (3) tidak "terlalu dekat" jarak antar kehamilan, (4) tidak "terlalu sering hamil/banyak" melahirkan anak.

Berdasarkan hal tersebut, usia ibu yang dianjurkan hamil yaitu di bawah usia 30 tahun dan tidak melebihi usia 35 tahun. Disamping itu, waktu yang tepat untuk hamil anak kedua idealnya berjarak 2- 4 tahun dengan pertimbangan kondisi kesehatan yang pulih pasca operasi caesar misalnya.

Kehamilan terencana bertujuan agar orang tua siap secara fisik, mental, serta finansial sehingga memberikan kemudahan dan kelancaran dalam menjalaninya. Oleh karenanya, komunikasi pasangan sangat dibutuhkan dalam mengambil keputusan.

Orang tua harus memastikan kebutuhan fisik dan psikis anak. Contoh kebutuhan fisik meliputi rutinitas gosok gigi minimal 2 kali sehari, mandi dua kali sehari, makan bergizi tiga kali sehari, jajan tidak sembarangan, asupan minum tercukupi, menjaga kebersihan mainan, memastikan lingkungan bermain tidak berpotensi bahaya, dan sebagainya. Contoh kebutuhan psikis meliputi kasih sayang, perhatian, nada bicara yang tenang, dan validasi perasaan kepada anak.

Kenampakannya itu adalah sekumpulan teori-teori, namun apabila kita mampu mengaplikasikannya, hal tersebut berdampak baik ke depannya. Anak tidak hanya butuh makan. Namun, kehadiran dan tangki kasih sayang harus terus terpenuhi oleh orang tua kepada anak. 

Jika sudah diniati, berdoa agar dirahmati, dikuatkan, dimampukan menjalani peran ini untuk mendidik anak dengan sepenuh hati. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun