4. Literasi tinggi
Literasi atau kemelekan adalah istilah umum yang merujuk kepada serangkaian kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam hal ini, seorang ibu harus melek literasi dengan rajin mencari informasi dari berbagai sumber.
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) menyediakan layanan kesehatan mulai untuk Balita, remaja, hingga lansia. Posyandu memegang peranan penting dalam memantau kesehatan, serta tumbuh kembang para Balita di lingkungan sekitar.
Kader-kader Posyandu yang mayoritas adalah perempuan ibu rumah tangga menjadi tenaga pelaksana di lapangan. Namun, di wilayah tertentu ternyata ada juga kader laki-laki. Mereka memiliki jiwa sosial tinggi dan rela meluangkan waktu dan mengeluarkan banyak tenaga untuk melakukan pelayanan di Posyandu.
Kader posyandu terdiri dari kader terlatih dan kader belum terlatih. Kader yang sudah terlatih artinya memang sudah mendapatkan pelatihan tersendiri. Mulai dari pelaksanaan Posyandu misalnya bagaimana cara melakukan pengukuran tinggi dan berat badan, pelaporan, dan sebagainya. Para kader sudah dibekali berbagai ilmu sehingga pemantauan tumbuh kembang anak menjadi akurat.
Sementara untuk kader belum terlatih, memang yang belum benar-benar mendapatkan pelatihan. Mereka bisa belajar lewat teman-teman yang memang sudah mendapatkan pelatihan.
Para kader posyandu dituntut untuk benar-benar multifungsi. Mereka dituntut untuk serba bisa sehingga ketika ditempatkan di salah satu di antara 5 meja yang ada di Posyandu, mereka sudah menguasai dan merasa tidak kesulitan lagi. Sehingga seorang ibu harus memantau pertumbuhan balita di posyandu terdekat.
Dukungan tenaga terlatih dalam penurunan jumlah kasus sangat penting dalam upaya mengakselerasi pencapaian target prevalensi stunting di tanah air. Dengan melibatkan tenaga kesehatan yang terampil dalam mendeteksi kecukupan gizi anak dan balita.
Tenaga kesehatan adalah orang-orang yang secara profesional memberikan pelayanan kesehatan setelah menempuh pendidikan dan pelatihan formal dalam disiplin ilmu tertentu misalnya dokter, dokter gigi, apoteker, tenaga teknis kefarmasian, perawat, fisioterapis, bidan, psikolog klinis, ahli kesehatan masyarakat, dan sebagainya.Â
Sebagai penutup, penulis sampaikan kesimpulan dari tulisan bahwa stunting bukan penyakit genetik yang diturunkan namun bersifat epigenetik (ada pemicunya). Penanganan stunting tidak terus-menerus menyoal urusan gizi, tapi juga sanitasi, imunisasi, eradikasi infeksi, edukasi keluarga, dan sebagainya. Upayakan anak tumbuh di lingkungan yang menunjang pertumbuhannya.