Jika ditelisik dengan jeli, kritik Rocky Gerung yang dilontarkan kepada presiden, pemerintah, maupun pernyataan politisnya di setiap wawancara atau saat acara debat, sejatinya Rocky Gerung berupaya menggiring cara pandang dan pemahaman publik hingga tidak terasa masuk dalam bangunan logika yang dirangkainya.
Bangunan logika pikir itu akan tampak celah irasionalnya, apabila publik bisa menemukan dan mengkaitkan penyebab kejadian mengapa keputusan politik seseorang atau pemerintah itu dipilih.Â
Selain itu, agar juga dipahami, bahwa tingkat kecerdasan dan kerentanan akal, pikiran dan ketangguhan survival setiap subyek itu pada ghalibnya tidak sama.
Dalam konteks ini, bisa dikaitkan ketika posisi Rocky Gerung sedang membela Anies Baswedan atau Said Didu yang sedang populer itu. Sementara, banyak juga kelompok tertentu yang tidak setuju tindakannya itu. Dengan demikian, tafsirnya bisa dimaknai kalau kedua figure publik itu sengaja dijadikan obyek politisnya dengan kalkulasi symbiosis mutualis.
Narasi politik yang dipakai untuk menggiring cara pandang publik itu, Ketika Rocky Gerung mengatakan sebelum berdamai dengan Virus Corona, para menteri Jokowi seharusnya terlebih dulu berdamai dengan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan soal penyaluran bantuan sosial (bansos).
Tiga menteri yang melayangkan kritikannya itu yakni Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Sosial Juliari Batubara, dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy (Gridhot.ID Minggu, 17 Mei 2020).
Keuntungan politis yang diperoleh dari tindakannya itu menjadi ganda. Satu sisi eksistensi Rocky Gerung tetap terangkat dengan karakter dan stigmanya. Dan sisi lainnya, kedua figur obyek politik dengan pengaruh dan  popularitasnya terebut, bisa dikondisikan menjadi alat kontrol politik sekaligus penjaga dan penyeimbang praktik hegemoni pemerintah penguasa.
Rocky Gerung memang mampu menjungkir-balikkan narasi-narasi apapun  dengan bangunan logikanya. Bahkan, mampu membius nalar publik dengan subyektifitasnya. Tetapi, teori ideal punya nilai beda bagi setiap subyek yang menafsir dan memaknainya.Â
Kadar akal sehat itupun tidak sama bagi setiap orang. Karena batasannya sudah masuk wilayah keyakinan absolut yang tidak bisa di-materialisasi-kan dengan pendekatan ilmu filsafat.
Statemen dan sikap politik Rocky Gerung, memang bagaikan cerita bersambung yang selalu ditunggu publik indonesia. Kelompok masyarakat apa saja dengan aliran politik apapun. Mungkin, sebutan "Nyandu" adalah pilihan kata paling tepat sebagai perumpamaannya.
Berkenaan dengan janji politik presiden, tentu belum terpenuhi semuanya saat ini. Bahkan hingga berakhir masa kepemimpinannya, tak akan pernah terpenuhi. Karena pada intinya janji politik itu diposisikan sebagai bagian dari strategi setiap kontestan mempengaruhi konstituen demi meraih kemenangan dalam kontestasi perebutan kekuasaan politik.