"Oh, enggeh,"
##@@##
Bis berhenti. Fani turun dan orang misterius itu juga ikut turun. Perasaan tidak enak mulai mendatangi Fani. Meski masih kecil, ia dapat merasakannya. Fani sudah tak mengenal ia berada di lingkungan mana. Rupanya dia terlalu menikmati perjalanan hingga lupa kembali.
Dia membuntuti dari belakang, Fani semakin mempercepat langkah. Hingga akhirnya Fani berubah berlari. Dan orang itu juga ikut berlari. Ternyata benar, dia memang mengincar Fani.
"Hey nak, tunggu," kata orang itu sambil berlari.
Fani tak menghiraukan. Ia semakin mempercepat langkah. Tapi sayang, cengkeraman laki-laki itu berhasil menangkap Fani.
"Lepaskan!" berontak Fani sambil mengayun-ayunkan tangannya dengan kuat.
"Hey, dengarkan saya dulu, saya bukan orang jahat," laki-laki itu berusaha menjelaskan siapa dirinya.
"Tidak pak, jangan bunuh saya,"
"Tolong.. Tolong..," jerit Fani.
Laki-laki itu dengan cepat langsung mendekap mulut Fani dan menggendongnya dengan paksa ke tempat yang aman. Melewati jalanan sempit, pohon-poon lebat, dan bekas hujan semalam yang bercipratan ke man-mana.