Kubaca puisimu perlahan-lahan
Kuresapi setiap bait yang engkau gores lewat aksara
Kuhayati kepedihan jiwa atma yang engkau ukir
Membuat jiwa dan nalarku terbawa dalam suasana kebatinan
Luka yang engkau bawa bersama aksara
Selaksa tarian yang penuh duka cita
Hingga aku terbawa dalam suasana luka yang amat dalam
Karena aksara yang engkau gores penuh dengan air mata yang tersembunyi di bahasa dan kata
Kubaca ulang kembali
Bait perbait puisi yang engkau tulis
Betapa kesedihanmu saat di tinggal orang yang engkau cintai ayah dan bundamu telah tiada
Engkau sebatangkara, kepedihanmu begitu mendalam
Hingga tak terasa aku merasakan bait yang engkau tulis
Sangat menyentuh jiwa nalarku
Diksi yang engkau serat
Membuat angin seakan-akan ingin berhenti sejenak
Membuat hujan seakan-akan ingin menyapu kesedihanmu
Membuat sungai seakan-akan ingin mengalirkan luka yang engkau bawa
Menuju tempat pengasingan
Puisi yang engkau tulis
Membuat luka aksara tak berdarah
Membuat air mata jatuh bersama gerimis kecil di sore hari
Aku merasakan luka anak yatim piatu yang di tinggal ayah dan bunda
Puisimu tarian aksara luka
Membawa aku menuju disudut-sudut kelopak mata meleleh
Hingga akhirnya jatuh juga air mata yang telah lama kusimpan rapat-rapat di sudut jiwa atmaku
Membuat hati trenyuh
Lalu aku mencoba membalas puisimu
Tetaplah tegar
Tuhan akan selalu menyertai orang-orang yang sabar dan ikhlas
Kuberdo'a semoga Tuhan memberi cahaya kebahagiaan di hatimu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H