Mohon tunggu...
Cerpen Pilihan

Bukan Bintang Terluka

25 Mei 2016   23:54 Diperbarui: 26 Mei 2016   17:38 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

‘’Oh.......iya.......iya Karin, aku ingat. Hari itu hari........entahlah aku lupa hari apa. Aku memang mengalami kecelakaan. Apa semuanya baik-baik saja Karin?’’

‘’Buruk....... sungguh buruk nyonya. Gadis pengendara motor yang Nyonya tabrak kemarin, kini mengalami kebutaan.’’

‘’Lancang kau karin! Beraninya kau mengatakan aku sebagai tersangka.’’ Sang Nyonya menolak mentah-entah pernyataan karin.

‘’Bukan, sungguh saya tak menyimpulkan anda sebagai tersangka, tapi surat ini nyonya.’’ Karin memberikan sepucuk surat resmi dari pihak kepolisian.

Surat itu berisi pernyataan yang menetapkan Nyonya Amira sebagai tersangka. Tes urine yang diadakan pihak kepolisian pasca kecelakaan menunjukkan bahwa Nyonya Amira mengendarai mobil dengan mabuk sehingga tanpa sadar mobil Nyonya Amira melanggar marka jalan. Bukti tersebut juga diperkuat oleh warga-warga dan pengendara lain yang menyaksikan kecelakaan maut tersebut.

Nyonya Amira menata nafasnya sedemikian rupa. Wajahnya dibuat setenang mungkin. Tak hanya berhektar-hektar tanah yang bisa ia beli. Keadilan dan kejujuranpun dapat pula dibeli hanya dengan jentikan jari.

‘’Karin, siapkan cek dan antarkan aku kepada gadis tersebut, usai makan siang!’’ Titah Nyonya Amira.

Yang diperintahpun hanya bisa mengangguk, siap melaksanakan tugas.

Jauh di ruang seberang, di lantai yang berbeda, seorang gadis remaja berbaring. Matanya nanar memandang ke depan. Wajahnya mengguratkan garis-garis kesedihan. Air matanya terkuras habis, meratapi nasibnya yang tragis.

Bintang Annisa Senja, itulah nama gadis korban kecelakaan tiga hari yang lalu. Gadis yang kini tengah kehilanggan sinar bintangnya. Sinar bintangnya redup, tak dapat menghiasi langit dan satu sudut bintangnya terluka. Sehingga ia tak lagi dikatakan manusia semprna. Bintang buta.

‘’AA......Tuhan......kapankah Kau kan memberikan keadilan untukku?’’ Tangis Bintang membuncah kembali. Emosinya meluap. Ia melempar benda apapun yang berada di sekitarnya. Batin dan raganya tertekan. Sakit......sakit yang sulit tuk diungkapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun