Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rahasia Pohon Beringin Jollong

4 Desember 2024   07:21 Diperbarui: 4 Desember 2024   07:23 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Rahasia Pohon Beringin Jollong. dokpri

Nadira tertegun. "Ini aku, Nadira! Anak kalian!"

"Maaf, kami tidak punya anak," jawab Ibunya dingin.

Nadira berlari ke cermin besar di ruang tamu. Sosok yang menatap balik bukan dirinya---ia adalah perempuan asing dengan wajah yang sama sekali tak dikenalnya.

"Siapa aku?" bisiknya panik.

Hari-hari berikutnya semakin mengerikan. Nadira menyadari bahwa ia telah dihapus dari sejarah hidup keluarganya. Namun, itu belum semuanya. Setiap malam, ia bermimpi aneh tentang sosok pria berjubah hitam yang terus mendekat, dengan suara menggema:
"Waktumu hampir habis."

Ketakutan memuncak ketika Nadira mendengar kabar bahwa keluarga barunya sedang dicari oleh seorang kolektor barang mistis. Ternyata, permintaannya membangkitkan bukan hanya orang tuanya, tetapi juga benda kuno yang terkubur di dekat rumah mereka.

"Barang itu---'Kalung Arwah'---memiliki kutukan. Barang itu menarik para pemburu mistis," jelas Sasha ketika Nadira mencarinya untuk meminta bantuan.

Dengan bantuan Sasha, Nadira kembali ke pohon beringin. Mereka harus menghentikan kutukan sebelum segalanya terlambat. Namun, penjaga pohon, pria berjubah hitam itu, sudah menunggu.

"Permintaanmu sudah mengubah keseimbangan. Kau tidak bisa membatalkannya tanpa membayar harga lebih besar," ucapnya.

"Aku akan bayar! Apa pun!" teriak Nadira.

"Nyawamu!" Pria itu menyerang dengan kekuatan angin yang membuat akar pohon beringin mencambuk liar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun