"Mulailah dengan mengubah cara kamu melihat diri sendiri. Jangan anggap kritik orang sebagai serangan. Anggaplah itu sebagai pelajaran. Jangan biarkan pikiranmu terbelenggu oleh amarah dan rasa sakit. Pikiran itu seperti pelita yang menuntun hatimu. Jika pelita itu terang, dunia di sekitarmu juga akan terlihat terang."
Perasaan Arga mulai bergetar. Sesuatu dalam hatinya berubah. Sejak saat itu, ia mulai melihat dunia dengan cara yang berbeda. Ia tidak lagi marah ketika dikritik, tidak lagi merasa tersinggung dengan ucapan orang lain. Ia mulai belajar untuk bersyukur atas apa yang dimilikinya dan memberi lebih banyak kepada orang lain. Ia merasa lebih ringan, lebih tenang.
Hari-hari berlalu, dan perubahan itu mulai terasa dalam dirinya. Pekerjaan yang dulu ia anggap sebagai beban, kini terasa lebih bermakna. Ia mulai lebih banyak memberi, bukan hanya dari harta, tetapi juga dari waktu dan perhatian. Ia merasakan kebahagiaan yang datang bukan dari apa yang dimilikinya, tetapi dari bagaimana ia bisa berbagi.
Pada akhirnya, Arga mengerti apa yang Bu Lestari dan Pak Karyo maksudkan. Kebahagiaan sejati tidak datang dari dunia luar, tetapi dari dalam hati, dari cara kita melihat dan merasakan hidup. Dan ketika ia belajar untuk mengubah pola pikirnya, hidupnya pun berubah. Tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang-orang di sekitarnya.
Arga tidak lagi merasa kosong. Hatinya kini penuh dengan kedamaian, dan dunia di sekitarnya terasa lebih terang. Karena ia tahu, kebahagiaan yang sejati dimulai dari dalam, dan dengan pikiran yang benar, segalanya menjadi lebih indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H