Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Emosi

28 November 2024   10:13 Diperbarui: 28 November 2024   14:18 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mulailah dengan mengubah cara kamu melihat diri sendiri. Jangan anggap kritik orang sebagai serangan. Anggaplah itu sebagai pelajaran. Jangan biarkan pikiranmu terbelenggu oleh amarah dan rasa sakit. Pikiran itu seperti pelita yang menuntun hatimu. Jika pelita itu terang, dunia di sekitarmu juga akan terlihat terang."

Perasaan Arga mulai bergetar. Sesuatu dalam hatinya berubah. Sejak saat itu, ia mulai melihat dunia dengan cara yang berbeda. Ia tidak lagi marah ketika dikritik, tidak lagi merasa tersinggung dengan ucapan orang lain. Ia mulai belajar untuk bersyukur atas apa yang dimilikinya dan memberi lebih banyak kepada orang lain. Ia merasa lebih ringan, lebih tenang.

Hari-hari berlalu, dan perubahan itu mulai terasa dalam dirinya. Pekerjaan yang dulu ia anggap sebagai beban, kini terasa lebih bermakna. Ia mulai lebih banyak memberi, bukan hanya dari harta, tetapi juga dari waktu dan perhatian. Ia merasakan kebahagiaan yang datang bukan dari apa yang dimilikinya, tetapi dari bagaimana ia bisa berbagi.

Pada akhirnya, Arga mengerti apa yang Bu Lestari dan Pak Karyo maksudkan. Kebahagiaan sejati tidak datang dari dunia luar, tetapi dari dalam hati, dari cara kita melihat dan merasakan hidup. Dan ketika ia belajar untuk mengubah pola pikirnya, hidupnya pun berubah. Tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang-orang di sekitarnya.

Arga tidak lagi merasa kosong. Hatinya kini penuh dengan kedamaian, dan dunia di sekitarnya terasa lebih terang. Karena ia tahu, kebahagiaan yang sejati dimulai dari dalam, dan dengan pikiran yang benar, segalanya menjadi lebih indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun