Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wania Ing Pakewuh Wedia Ing Gumampang

23 November 2024   19:16 Diperbarui: 23 November 2024   22:33 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tapi kamu punya sesuatu yang mereka nggak punya: ketulusan. Itu yang membuat pidatomu hidup," kata Sari dengan yakin.

Hari lomba pun tiba. Aula kabupaten dipenuhi ratusan peserta dan penonton. Lintang berdiri di belakang panggung, gemetar sambil memegang teks pidatonya.

Seorang peserta dari sekolah kota melangkah ke panggung dengan percaya diri. Pidatonya penuh retorika dan tepuk tangan riuh menggema. Lintang merasa semakin kecil.

"Lintang, giliranmu!" panggil panitia.

Dengan langkah ragu, ia naik ke panggung. Pandangannya menyapu ruangan yang penuh wajah asing. Tangannya bergetar. Ia menatap teks di tangannya, tetapi kata-kata itu seolah kabur.

Tiba-tiba, ingatan akan kata-kata ibunya melintas di pikirannya: "Bukan karena mudah, kita yakin bisa. Tetapi karena kita yakin bisa, semuanya akan menjadi mudah."

Lintang menarik napas panjang. Ia meletakkan teksnya di podium dan mulai berbicara dengan suara yang bergetar, tetapi penuh kejujuran.

"Wania ing pakewuh wedia ing gumampang. Terkadang kita takut mencoba karena merasa kecil, merasa tidak mampu. Tapi apa artinya percaya diri? Bukan soal merasa hebat, tapi berani melangkah meski hati dipenuhi keraguan. Saya berdiri di sini bukan karena saya lebih baik dari kalian, tapi karena saya ingin belajar melawan rasa takut saya sendiri."

Setiap kata yang keluar dari mulut Lintang menyentuh hati para penonton. Tidak ada hiasan bahasa yang berlebihan, tetapi kejujurannya membuat ruangan itu hening.

Ketika lomba selesai, panitia mengumumkan para pemenang. "Juara pertama, dari SD Negeri Kalipucung: Lintang!"

Lintang terdiam, tak percaya mendengar namanya disebut. Ia melangkah ke depan dengan air mata yang menggenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun