"Rico," balas Dani singkat, "kamu temanku. Pemimpin itu harus berani tanggung jawab, meskipun buat hal-hal bodoh."
Hari pengumuman tiba. Aula penuh oleh siswa, orang tua, dan para pengajar. Dani duduk di barisan belakang, keringat dingin mengalir di pelipisnya.
Nama-nama diumumkan satu per satu. Ketika giliran Dani tiba, kepala sekolah berhenti sejenak, lalu menghela napas panjang.
"Dani Prasetyo. Lulus, tapi dengan catatan khusus."
Ruangan mendadak sunyi. Orang-orang menatap Dani dengan rasa ingin tahu. Ia berdiri perlahan, berjalan ke depan untuk menerima sertifikatnya. Namun, bisik-bisik segera menyusul langkahnya.
"Catatan khusus? Apa itu artinya?"
"Pasti dia ada masalah."
Dani memegang sertifikatnya erat-erat, berusaha tetap tenang. Ia tahu, ini harga yang harus ia bayar untuk pilihan yang pernah ia ambil.
Malam harinya, Rico datang ke rumah Dani.
"Aku dengar soal catatan khusus itu. Aku nggak bisa diam lagi," ujar Rico dengan nada serius.
Dani menatapnya dingin. "Nggak perlu. Aku sudah memilih ini. Uripku tanggung jawabku."